Cerita Diaspora di AS di Tengah Sentimen Asian Hate, Deg-degan meski Hanya 15 Menit di Subway

- Rabu, 21 April 2021 | 15:58 WIB
Zafran (tengah)
Zafran (tengah)

Meski khawatir, sejumlah WNI di AS tetap berkegiatan seperti biasa tanpa harus mengamuflasekan diri. Ada yang bersama komunitas ”membalasnya” dengan kebaikan.

 

DINDA JUWITA-ZALZILATUL HIKMIA, Jakarta, Jawa Pos

 

MALAM itu, perjalanan pulang Steffie Gabriela tak seperti hari-hari biasanya. Sulit baginya tak deg-degan selama berada di subway. Jarak dari Queens, rumah teman yang disinggahinya malam itu, ke rumahnya di Brooklyn yang sama-sama berada di New York, Amerika Serikat, memang bisa ditempuh 15 menit saja. Tapi, saat itu terasa begitu lama.

Maklum, kondisi sedang tak kondusif. Ada sentimen Asian Hate berupa tindak kekerasan kepada warga keturunan Asia di sejumlah kota di AS. Beberapa hari sebelumnya, dua remaja diaspora RI menjadi sasaran pemukulan di Stasiun SEPTA City Hall, Philadelphia.

”Belakangan, memang sempat worried sejak ada kasus di Phily (Philadelphia) karena we never know kan. Tapi, sejauh ini saya juga tak lantas menutup diri,” ujarnya ketika dihubungi Jawa Pos dari Jakarta pada Minggu (18/4).

Sentimen Asian Hate itu akhirnya memang berdampak pada aktivitas banyak warga Asia dan keturunannya di AS. Beberapa bahkan benar-benar mengamuflase dirinya dengan memakai kacamata, masker, atau topi agar ciri fisiknya menjadi samar.

Steffie memilih untuk tak melakukannya. Lagi pula, dia menyebut bahwa sebenarnya masih banyak warga AS yang toleran dan proaktif menggagas aksi sosial untuk memerangi rasisme. ”Di sini juga banyak warga yang start GoFundMe untuk memberikan donasi dan membantu orang-orang yang takut saat di perjalanan untuk dibayar akomodasinya menggunakan Uber atau Lyft,” ungkap alumnus New York University tersebut.

Sebagai seorang yang cukup vokal menyuarakan isu kesetaraan gender dan human rights dalam keseharian, Steffie tentu tak hanya duduk berpangku tangan. Dia sering terlibat langsung dalam aksi-aksi sosial. Salah satu aksi yang diikutinya adalah Black Lives Matter yang berlangsung masif di Negeri Paman Sam. ”Saat rally Stop Asian Hate, saya tak bisa hadir karena harus menjalani vaksinasi,” katanya.

Hampir lima tahun tinggal di AS dan kini harus hidup di tengah sentimen rasisme, Steffie tak keder. Perempuan kelahiran Jakarta itu memahami bahwa rasisme tak hanya terjadi di AS, tapi juga di berbagai belahan dunia lain. Dia juga tak lantas homesick dan ngotot pulang kampung ke tanah air. ”If I go karena Asian Hate ini, it’s like cuma satu titik di antara semua masalah di AS,” ucap perempuan yang menyelesaikan studi sarjana strata 1 di Universitas Indonesia tersebut.

Zafran Akhmadery Arif sependapat. Diaspora yang kini menempuh studi matematika terapan di Washington State University itu menyatakan bahwa persoalan rasisme tak hanya terjadi baru-baru ini. Meski begitu, tak ada kecemasan tersendiri yang dirasakannya. Masifnya dukungan dari lingkungan sekitar cukup membuatnya ayem.

”Isu rasisme memang ada, tapi lebih banyak yang melindungi daripada memberikan rasisme. (AS) adalah rumah. Isu rasisme di mana pun akan selalu ada. Di AS atau Indonesia pun ada,” jelasnya kemarin (19/4).

Sebagai seorang muslim, pemuda 21 tahun itu juga proaktif memberikan penjelasan kepada rekan-rekan terdekatnya jika ada yang menanyakan hal-hal terkait dengan keyakinannya. Mantan presiden Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (Permias) Pullman, Washington, tersebut merasa mendapat dukungan yang luar biasa meski merupakan minoritas.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X