Nama Ketiga Anak Jadi Trofi Ajang Sepak Bola

- Sabtu, 17 April 2021 | 12:09 WIB
Pdt Dr Rainer Scheunemann (paling kiri) bersama istri (paling kanan).
Pdt Dr Rainer Scheunemann (paling kiri) bersama istri (paling kanan).

Seorang doktor teologi, selama nyaris tiga dekade di Papua, selain mengajar, Rainer Scheunemann juga melatih dan membina sepak bola, termasuk sepak bola putri.

 

Abdel Gamel Naser, Jayapura, Jawa Pos

 

BUAH hatinya tiga. Dan, nama ketiganya turut terabadikan dalam sejarah perkembangan sepak bola di Papua. Bukan sebagai pemain, melainkan untuk nama trofi kejuaraan sepak bola.

Jan’s Cup, Julia’s Cup, dan Ben’s Cup. Itulah cara Pdt Dr Rainer Scheunemann mencintai Papua dan sepak bolanya.

Cinta yang mulai bersemi saat putra seorang misionaris asal Jerman itu, dalam status mahasiswa, mengunjungi sejumlah gereja di Papua pada 1986. Dan, diwujudkannya pula dengan memberi dukungan kepada Persipura Jayapura tiap kali mereka bermain di Malang.

’’Mungkin saya satu-satunya suporter mereka di Malang waktu itu,” kenangnya seraya tertawa ketika ditemui Cenderawasih Pos di kediamannya di Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Kamis (15/4).

Putra dari Pdt Detmar dan Gisela Scheunemann itu lahir di Batu, Jawa Timur. Di sepanjang usianya, 43 tahun di antaranya dihabiskan di Indonesia. Dan, selama 26 tahun terakhir bekerja dan bermukim di Papua. ’’Keindahan alam dan keramahan warga Papua memikat saya,” katanya.

Yang juga memikat dia: antusiasme dan bakat sepak bola orang-orang Papua. Dulu, selepas kuliah di Jerman, dia memilih mengajar di Irian Jaya (Papua) mengingat dosen yang dibutuhkan ketika itu adalah S-3. Itu sesuai keinginannya bekerja di lokasi yang orang-orangnya membutuhkan pertolongan. Bukan di tempat yang sudah banyak orang bisa membantu.

Ketika mulai mengajar di STT Gereja Kemah Injili di Indonesia, hanya dia sendiri yang mengantongi gelar S-3. Beban mengajarnya otomatis tinggi. Anak ketiga dari lima bersaudara tersebut mengajar 10 mata kuliah. Tapi, di kampus ini pula, penulis dan penerjemah 32 buku itu mulai melatih sepak bola dengan pemain dari kalangan mahasiswa setempat.

Di Papua, khususnya Jayapura, ketika itu sudah banyak dihelat turnamen. Tapi, rata-rata selalu berakhir ricuh.

Rainer pun tergerak untuk menggelar turnamen, tapi dengan penerapan disiplin ketat. Dia menekankan semua tim agar bersikap fair. ’’Prinsip saya, jika ada lalat mengganggu kue, maka kita tidak mungkin menghancurkan kuenya, tapi lalatnya yang kita usir dan setiap tim harus menjaga keamanannya sendiri-sendiri,’’ katanya.

Doktor teologi tersebut menamakan ajang itu Jan’s Cup. Kejuaraan ini diikuti kalangan mahasiswa, berlangsung 1999–2005. Kemudian dilanjutkan Julia’s Cup pada 2001–2005. Dan, Ben’s Cup digelar pada 2002–2008 untuk kategori umur U-8, U-10, U-12, dan U-14.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X