Food & Beverage Jadi Penopang Bisnis Perhotelan

- Sabtu, 17 April 2021 | 12:07 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Tingkat hunian kamar hotel berbintang diprediksi turun sekitar 10-15 persen pada momen Ramadan. Sebagai gantinya, pengelola bakal menggenjot pendapatan dari bisnis food and beverage (F&B).

 

SAMARINDA - Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kaltim Muhammad Zulkifli mengatakan, saat Ramadan biasanya keterisian kamar cenderung menurun. Sedangkan orang makan di restoran hotel akan meningkat. Oleh karena itu, pada momen ini pelaku usaha perhotelan akan mendorong penjualan dari restoran.

“Untuk hotel berbintang rata-rata kegiatan bisnis F&B pada momen Ramadan meningkat 70 persen dari hari biasanya. Ini bisa menjadi penopang di saat okupansi turun,” ujarnya, Jumat (16/4).

Dia mengakui, saat ini okupansi belum kembali normal akibat pandemi. Rata-rata keterisian kamar hanya mencapai 40-45 persen dari jumlah kamar yang tersedia. Meski terus meningkat, okupansi belum menyentuh titik ideal (60 persen). “Dengan okupansi yang belum ideal itu, saat Ramadan ini masih turun lagi sekitar 10-15 persen,” sambungnya.

Menurutnya, penurunan keterisian kamar saat Ramadan merupakan hal wajar. Hal itu seiring banyaknya pengurangan kegiatan meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE) di hotel. Sehingga pelaku usaha telah melakukan antisipasi. Seperti diketahui, hotel-hotel di Kaltim kebanyakan keterisian kamarnya dari kegiatan MICE. Jika itu tidak ada, pasti okupansi sangat berpengaruh.

Saat Ramadan, biasanya kegiatan MICE dari swasta maupun pemerintah akan berkurang dan berganti dengan kegiatan buka puasa bersama dan sebagainya. Sehingga pendapatan restoran yang akan meningkat ketika okupansi menurun. Biasanya juga pemerintah mengundur kegiatan setelah Ramadan atau sebelum bulan suci umat muslim tersebut.

“Semua hotel pasti menawarkan paket berbuka puasa di hotel. Itu selalu dilakukan untuk menambah pemasukan di saat Ramadan. Sebab persaingan bisnis semakin ketat, semua hotel memberikan harga yang terbaik,” katanya.

Meski operasional bisa ditopang oleh bisnis F&B, namun tahun ini cukup berat. Sebab okupansi sudah lama tidak mencapai titik ideal akibat pandemi di tambah memasuki momen Ramadan. Di lain sisi, pelaku usaha harus mencari penghasilan yang lebih banyak mengingat banyaknya tanggungan seperti tunjangan hari raya (THR) karyawan.

Sehingga kebanyakan hotel sudah memberikan harga-harga spesial untuk meningkatkan okupansi sebelum Ramadan. Saat pandemi seperti ini bisnis restoran di hotel juga tidak bisa menampung banyak orang di restoran, sehingga akan gencar menawarkan pembelian makanan take away. Harapannya agar pemasukan F&B bisa lebih besar.

Walau okupansi menurun saat Ramadan, pihaknya yakin akan kembali terjadi peningkatan usai Ramadan. Contohnya masyarakat Samarinda yang berlibur ke Balikpapan maupun sebaliknya akan menginap di hotel. Tentu keterisian kamar akan membaik. “Jika kembali ada aturan tidak boleh berlibur antar kota usai Idulfitri, itu akan membuat keterisian kamar sulit bangkit bahkan cenderung akan menurun. Semoga saja diizinkan,” pungkasnya. (ctr/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga Bahan Pokok di Balangan Stabil

Rabu, 24 April 2024 | 15:50 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X