Kinerja Ekspor-Impor Membaik, Neraca Dagang Surplus 11 Bulan Beruntun

- Jumat, 16 April 2021 | 14:35 WIB

JAKARTA– Neraca dagang Indonesia pada Maret lalu kembali mencatatkan surplus. Itu merupakan surplus berturut-turut yang ketiga sejak awal tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada Maret, ekspor RI mencapai USD 18,35 miliar (sekitar Rp 268,10 triliun). Sementara itu, impor mencapai USD 16,79 miliar (sekitar Rp 245,28 triliun).

Karena capaian ekspor yang lebih besar daripada impor itu, neraca dagang Maret 2021 surplus USD 1,56 miliar (sekitar Rp 22,82 triliun). Jika dirunut sejak Mei 2020, neraca dagang telah mencatatkan surplus selama 11 bulan berturut-turut.

”Surplus ini bagus sekali. Sangat impresif karena ekspor dan impornya naik. Ke depan kami berharap performa neraca dagang seperti ini bisa berulang,’’ ujar Kepala BPS Suhariyanto kemarin (15/4).

Kinerja ekspor Maret 2021 tumbuh 30,47 persen year-on-year (YoY). Kenaikan tersebut didorong peningkatan ekspor yang tinggi, baik dari sektor pertanian, industri, maupun tambang.

Sementara itu, kinerja impor Maret 2021 tumbuh 25,73 persen YoY. Realisasi tersebut didorong kenaikan impor barang konsumsi, barang penolong, dan barang modal.

Suhariyanto menjelaskan bahwa kinerja ekspor impor yang cemerlang itu mencerminkan kondisi saat ini yang semakin ekspansif. ”Pertumbuhan industri manufaktur seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat, bergulirnya vaksinasi, dan permintaan komoditas yang mengakibatkan harga naik. Ini sangat bagus,’’ urainya.

Sementara itu, Kepala BPS Jawa Timur (Jatim) Dadang Hardiwan menyatakan bahwa kegiatan ekonomi Jatim hampir kembali ke kondisi normal. Maret lalu, nilai ekspor tercatat USD 2 miliar (sekitar Rp 29,22 triliun). Jika dibandingkan pada bulan sebelumnya, kinerja ekspor tumbuh 17,94 persen. Selisih nilai ekspor Maret itu hanya 1,17 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Dadang menyatakan, kenaikan ekspor disokong sektor nonmigas yang naik sebesar 22,45 persen secara month-to-month (MtM). Sementara itu, ekspor migas turun sebesar 16,9 persen. ’’Jika dihitung secara year-on-year, ekspor migas justru naik 279 persen. Sedangkan ekspor nonmigas turun sebanyak 4,95 persen,’’ paparnya.

Secara kumulatif, ekspor Jatim selama kuartal I 2021 mencapai USD 5,24 miliar (sekitar Rp 76,58 triliun). Memang, nilai tersebut masih lebih rendah 9,22 persen daripada kuartal I 2020. Sebab, aktivitas ekonomi dua bulan pertama tahun lalu belum terpengaruh pandemi.

Meski mengalami kenaikan besar, neraca perdagangan Jatim belum surplus. Maret lalu, nilai impor naik sebanyak 25,87 persen. Impor nonmigas naik sebanyak 14,98 persen. Jika dibandingkan dengan Maret 2020, kinerja impor naik 31,64 persen. Bulan lalu, impor migas melonjak tinggi. ’’Kalau dibandingkan bulan lalu, impor migas naik 75,23 persen,’’ imbuh Dadang.

Barang yang diimpor dari luar negeri, antara lain, ampas atau sisa industri makanan, besi, dan baja. Juga, mesin-mesin mekanis. Tiga golongan barang tersebut berkontribusi sebanyak 28 persen dari total impor nonmigas. ’’Ini juga menunjukkan bahwa kegiatan industri perlahan kembali normal. Kebanyakan adalah bahan baku atau pendukung kinerja pabrik,’’ jelasnya.

Terpisah, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana menuturkan bahwa indikator-indikator utama menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang semakin kuat. ”Kami merasa nyaman dengan prospek kinerja ekspor Indonesia selama tiga bulan di tengah pemulihan permintaan dan kondisi harga komoditas saat ini,’’ tandasnya. (dee/wan/bil/c12/hep)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X