Sungai Mahakam Tercemar , Kementerian Turun Tangan, Polisi Masih Selidiki Tumpahan Minyak

- Rabu, 14 April 2021 | 11:12 WIB
BERIMBAS KE MASYARAKAT: Tumpahan minyak imbas dari tenggelamnya kapal SPOB di Sungai Mahakam, membuat kegiatan warga yang kerap menggunakan air sungai sebagai kebutuhan sehari-hari terganggu.
BERIMBAS KE MASYARAKAT: Tumpahan minyak imbas dari tenggelamnya kapal SPOB di Sungai Mahakam, membuat kegiatan warga yang kerap menggunakan air sungai sebagai kebutuhan sehari-hari terganggu.

Musibah di Sungai Mahakam, yakni tenggelamnya kapal self propelled oil barge (SPOB), yang mengangkut ratusan ton crude palm oil (CPO), bukan hanya meninggalkan duka bagi kru kapal yang salah satunya ditemukan tewas. Imbasnya minyak tumpah tersebut mengganggu warga yang menggantungkan air Sungai Mahakam untuk digunakan beraktivitas sehari-hari.

 

SAMARINDAKejadian nahas kapal SPOB yang tenggelam pada Sabtu (10/4) menyisakan beberapa permasalahan, yakni air sungai yang tercemar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim Ence Ahmad Rafiddin Rizal menuturkan, penyebaran tumpahan minyak sawit di Perairan Sungai Mahakam, tepatnya di sekitar Kelurahan Simpang Pasir, Kecamatan Palaran, berimbas ke seluas sekitar 7 kilometer dari titik terjauh ke arah hilir sungai.

Luasan itu dipantau menggunakan drone dan Google Maps. Saat ini, sedang dilakukan pembersihan menggunakan alat penyedot. Pembersihan melibatkan tim dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IIA Samarinda, bersama relawan dan beberapa perusahaan yang beraktivitas di tepi Sungai Mahakam.

"Saya belum dapat laporan sudah berapa minyak yang disedot. Tapi sepintas pantauan drone memang sudah relatif lebih bersih dari sebelumnya," ungkap dia. Kejadian nahas itu membuat satu nyawa, yakni Jufri sebagai kepala kamar mesin tenggelam, dan ditemukan tewas.

Peristiwa itu bermula saat kapal SPOB Mulia Mandiri melintas di Perairan Sungai Mahakam menuju ke Dermaga Teluk Cinta. Arus deras menyebabkan kapal dengan delapan ABK itu oleng hingga karam. Tujuh ABK berhasil selamat. Jasad Jufri ditemukan sehari setelah kejadian tersebut, sejauh 3 kilometer dari titik kejadian.

Rizal belum mengetahui berapa banyak minyak kelapa sawit yang tumpah dalam peristiwa tersebut. Pasalnya, perusahaan pemilik kapal dan pemilik minyak kelapa sawit belum bisa dikonfirmasi.

"Kami belum tahu perusahaan apa. Sampai saat ini, ABK belum dimintai keterangan karena masih shocked. Makanya, kami koordinasi aparat keamanan untuk penelusuran itu," terangnya. Namun, menurut Rizal, ada dua versi informasi perihal kapasitas muatan CPO di kapal tersebut, yakni 120 ton dan 5 ton.

Dia menuturkan, timnya bersama DLH Samarinda dan Balai Gakkum KLHK sudah turun ke lokasi titik tumpahan minyak, dan mengambil sampel minyak dan air untuk diuji di laboratorium. "Kami sudah berjalan sesuai prosedur. Turun ke lapangan mengambil di tiga titik sampel, salah satunya dekat lokasi tenggelam kapal. Sambil menunggu apakah ada aduan masyarakat," terangnya. Selanjutnya sampel akan diuji untuk mengetahui kandungan dan dampak terhadap ekosistem di Perairan Sungai Mahakam.

Kaltim Post berusaha mengonfirmasi Satpolair Polresta Samarinda. Kanit Gakkum Satpolair Polresta Samarinda Iptu Wawan Gunawan menuturkan, pihaknya memang sudah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa orang. “Sekitar empat atau lima orang tadi diperiksa, dari kru kapal. Kami hanya dari soal pelayaran, kalau pencemarannya itu di reskrim,” ujar Wawan. Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Andika Dharma Sena yang dikonfirmasi menyebut secara singkat, pihaknya masih melakukan penyelidikan. “Nanti kami ambil sampel juga, untuk muatannya silakan tanya ke Satpolair,” tegasnya. Pihaknya tentu juga akan melibatkan beberapa ahli dari pihak-pihak yang membidangi.

Kepala Seksi Wilayah II KLHK Kalimantan Annur Rahim membenarkan, pihaknya sudah mendatangi titik kejadian. “Oh, sudah itu. Kemarin juga sudah ambil sampel,” ungkapnya. Namun, Balai Gakkum belum memeriksa pihak-pihak yang bersangkutan. “Kalau pemeriksaan rekan Polri memang lebih dulu melakukan pemeriksaan, jadi sampai sekarang belum,” ungkapnya. Sehingga, pihaknya belum bisa memastikan apakah tumpahan minyak kelapa sawit itu sengaja dilakukan atau memang murni kecelakaan.

Terpisah, Lurah Rawa Makmur Rudi Aries menyebut, beberapa warga yang tinggal di sekitar lokasi memanfaatkan Sungai Mahakam sebagai kolam keramba ikan. Sudah ada keluhan dari kejadian tersebut. Beberapa petani ikan keramba menyebutkan ikannya mati mengambang. Imbas sungai tercemar dari tumpahan minyak tersebut. Masyarakat juga kerap menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-sehari. “Sementara warga membeli air bersih, karena secara tidak langsung kegiatan masyarakat terganggu. Yang punya keramba itu Pak M Ali Bagong. Yang jelas itu kerugian materiil, tapi secara pasti nilai kerugiannya tidak tahu pasti. Saya yakin tidak hanya beliau, pasti ada warga lain,” ujarnya. Sejauh ini, lanjut Rudi, kondisinya sudah sangat kondusif, air yang tercemar perlahan sudah mulai tersedot. Namun, untuk aktivitas petani ikan belum bisa kembali secepatnya. (dra2/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X