Setelah Vaksin, India Larang Ekspor Remdesivir, PM India Ikut Langgar Prokes

- Rabu, 14 April 2021 | 09:59 WIB
Petugas kesehatan memberikan penghormatan kepada korban Covid-19 di India yang jenazahnya akan dikremasi di New Delhi. (Danish Siddiqui/Reuters)
Petugas kesehatan memberikan penghormatan kepada korban Covid-19 di India yang jenazahnya akan dikremasi di New Delhi. (Danish Siddiqui/Reuters)

NEW DELHI– India berhasil mengalahkan Brasil. Tapi bukan untuk rekor yang baik. Melainkan sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi kedua di dunia. Posisi pertama masih tetap dipegang Amerika Serikat (AS).

Status baru India tersebut diraih gara-gara lonjakan kasus baru pada Minggu (11/4) yang mencapai 168.912. Gara-gara pertambahan itu, kemarin (12/4) total kasus di India mencapai 13,53 juta dan 170.179 kematian. Di pihak lain, kasus di Brasil 13,45 juta dan AS mencapai 31,2 juta.

Otoritas di India menyatakan, tingginya pertambahan kasus adalah akibat dari kebandelan penduduk yang terus berkerumun dan enggan memakai masker. Para pemimpin negara juga tidak bisa memberi contoh protokol kesehatan (prokes). Perdana Menteri India Narendra Modi dan Menteri Dalam Negeri Amit Shah malah menghadiri acara kampanye. Puluhan ribu orang hadir dan mayoritas tidak memakai masker plus tanpa jaga jarak.

”Tak ada yang taat aturan di restoran. Jika kami meminta pelanggan memakai masker, mereka akan bersikap kasar dan tidak menghormati kami,” ungkap Rohit, salah seorang pegawai restoran di Mumbai, seperti dilansir Agence France-Presse.

Kemarin ratusan ribu penduduk juga berkumpul untuk merayakan Kumbh Mela di Haridwar, Uttarakhand. Mereka bergantian mandi di Sungai Gangga. Penganut Hindu yakin mandi di Sungai Gangga akan membersihkan dosa-dosa mereka dan membawa keselamatan. Kumbh Mela itu berlangsung setiap 12 tahun dan tempatnya dipilih antara Allahabad, Haridwar, Nasik, dan Ujjain.

Di pihak lain, pemerintah di berbagai wilayah berusaha menekan angka penularan dengan pembatasan ketat. Di Mumbai, misalnya, restoran ditutup dan acara berkumpul lebih dari lima orang dilarang. Beberapa wilayah lain memberlakukan lockdown lokal.

Tingginya angka penularan dan pasien yang dirawat di rumah sakit membuat permintaan obat remdesivir meningkat. Mulai Minggu pemerintah resmi melarang ekspor remdesivir dan obat sejenisnya. Padahal, berdasar paparan Badan Kesehatan Dunia (WHO), obat tersebut hanya memiliki sedikit dan bahkan tidak berefek sama sekali untuk mengurangi mortalitas pasien Covid-19. Tapi, beberapa negara, termasuk India, masih menggunakannya untuk pasien Covid-19.

”Larangan (ekspor) ini berlaku hingga situasi membaik,” bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan India. Remdesivir kini langka di India. Di pasar gelap harganya bisa sampai sepuluh kali lipat. Sebelumnya India mempersulit ekspor vaksin Covid-19. Mereka adalah salah satu produsen vaksin terbesar di dunia.

Channel News Asia mengungkapkan, ada tujuh perusahaan di India yang punya lisensi memproduksi remdesivir. Mereka mampu memproduksi dengan kapasitas 3,9 juta unit per bulan untuk kebutuhan dalam negeri dan juga diekspor ke lebih dari seratus negara.

Situasi berbeda justru terjadi di Inggris. Mulai kemarin toko-toko, tempat potong rambut, tempat olahraga, dan pub sudah boleh buka. Inggris menuju era normal baru. Mereka percaya diri karena angka vaksinasinya tinggi, jauh lebih tinggi dibanding negara-negara di Benua Eropa. Sebanyak 32,12 juta penduduk sudah menerima dosis pertama vaksin dan 7,47 juta lainnya telah mendapat dosis lengkap.

Sementara itu, Kepala Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Tiongkok Gao Fu kelepasan bicara. Dalam sebuah konferensi pers Sabtu (10/4), Gao menyatakan bahwa efektivitas vaksin buatan Tiongkok rendah. Karena itulah, mereka mempertimbangkan untuk mencampur vaksin demi meningkatkan daya perlindungannya.

Namun, dalam hitungan jam, Gao langsung meralat ucapannya. Dia mengatakan bahwa ucapannya disalahartikan. ”Tingkat perlindungan semua vaksin di dunia kadang tinggi dan kadang rendah,” kilahnya kepada Global Times. (sha/c9/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X