Menolak Label Pendakwah

- Selasa, 13 April 2021 | 14:13 WIB
Sabrang Mowo Damar Panuluh
Sabrang Mowo Damar Panuluh

’’BUKAN rindu yang datang dari cinta, bukan cinta duluan kemudian rindu, tapi semua cinta adalah manifestasi rindu dari Sang Maha.’’ Kutipan sajak kerinduan dari Sabrang itu beredar di berbagai platform dan akun medsos. Di salah satu akun YouTube, video berisi quotes tersebut dilihat belasan ribu orang.

Meski, durasinya kurang dari dua menit. Pria bernama lengkap Sabrang Mowo Damar Panuluh itu kerap ikut mengisi pengajian Maiyah. Di forum itu, dia bersama budayawan Emha Ainun Nadjib atau karib disapa Cak Nun yang tidak lain adalah ayahnya.

Sabrang sering dianggap sebagai pendakwah. Qoutes-nya membanjiri linimasa berbagai medsos, bahkan menjadi trending. Padahal, Sabrang tak menggunakan medsos.

Namun, dia tidak ambil pusing. Itu lantaran ’’rule of the game” bermedsos memang belum ada. Tidak hanya membebaskan makna dari setiap kata yang dia ucapkan, Sabrang tak mempermasalahkan akun yang banyak memuat tentang dirinya. ’’Semua kata-kata itu  hak umum, bukan hak milik. Mau dipakai orang ya monggo,’’ ucapnya.

Soal kata-kata tersebut, Sabrang mengaku semuanya muncul dari obrolan biasa. Dia berbicara pun bukan untuk siapa. Melainkan hanya menyampaikan apa yang ada di benaknya. ”Jadi, tidak ada target khusus omongannya untuk siapa. Kebetulan banyak dibuat quotes oleh anak muda,” katanya.

Tidak hanya menyanyi, Sabrang piawai menulis syair lagu. Arti liriknya pun dalam. Multitafsir. Semua bergantung pada yang mendengarnya. Mulai diartikan tentang cinta dengan sesama manusia hingga soal kerinduan kepada Sang Maha. Tak jarang banyak yang berpendapat bahwa lagu Letto sebenarnya sarat akan religi.

Hal itu yang membuat Sabrang sering disebut sebagai pendakwah. Bahkan disebut Gus. Namun, Sabrang tidak pernah memosisikan sebagai penceramah. ’’Nggak pernah saya menganggap sebagai pendakwah,’’ terangnya.

Kalaupun yang disampaikannya berpengaruh ke orang lain, itu bergantung penafsiran masing-masing. Menurut dia, feedback setiap orang berbeda-beda. Ada yang menangkap dengan benar, ada pula yang salah kaprah. Begitu pun di medsos. Ada yang memelintir atau membenturkan dengan isu yang sedang hangat.

Menurut dia, di era informasi tanpa kurasi, yang penting adalah disiplin manusia. Jika tidak, society bisa hancur. Sebab, mental belum siap menerima teknologi yang berkembang begitu pesat. Parahnya, medsos menjadi tempat labeling manusia.

Misalnya, seorang penyanyi yang hanya dikenal sebagai penyanyi. Padahal, manusia itu multidimensi. Mirisnya, netizen juga lebih mudah men-judge apa yang dia lihat meski hanya melalui video berdurasi pendek. Di luar itu, popularitas kini dikejar banyak orang. Tidak peduli bagaimana caranya.

Sampai-sampai harus membuat kontroversi. ’’Akal sehat hilang semua demi mengejar populer,’’ kata alumnus University Of Alberta, Kanada, itu.

Popularitas tersebut yang juga dikejar pendakwah. Menurut Sabrang, hal itu manusiawi. Wajar jika banyak pendakwah yang memiliki ciri khas sendiri. Sebab, mereka butuh untuk terlihat dan berbeda dari lainnya. Kondisi itu tidak hanya terjadi di medsos, tapi juga di dunia nyata. (omy/c17/fal)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X