Sehari Delapan Kali Gempa Susulan

- Senin, 12 April 2021 | 15:09 WIB
GOTONG ROYONG: Beberapa anggota TNI bersama warga memeriksa rumah yang ambruk akibat gempa di Malang, Jawa Timur, kemarin. (11/4). (JUNI KRISWANTO/AFP)
GOTONG ROYONG: Beberapa anggota TNI bersama warga memeriksa rumah yang ambruk akibat gempa di Malang, Jawa Timur, kemarin. (11/4). (JUNI KRISWANTO/AFP)

Guncangan gempa dengan magnitudo (M) 6,1 pada 10 April lalu dirasakan di hampir seluruh Jawa Timur (Jatim). Di antara 38 kabupaten dan kota di Jatim, 32 daerah melaporkan guncangan gempa.

Menurut peta guncangan (shakemap) dari BMKG, getaran dirasakan dengan skala terkuat IV modified Mercalli intensity (MMI) di dua kabupaten, yakni Blitar dan Malang.

Getaran skala III hingga mendekati IV MMI terasa di Kediri, Trenggalek, Jombang, dan Blitar. Lalu, skala III MMI di Sidoarjo, Surabaya, Bangkalan, Sampang, Madiun, Ponorogo, Pacitan, Kota Batu, dan Tuban. Lalu, Nganjuk, Ngawi, Jember, Tulungagung, Probolinggo, Gresik, Magetan, Kota Probolinggo, Kediri, Lumajang, Pasuruan, dan Kota Malang. Skala yang lebih lemah, yaitu II MMI, dirasakan di Kabupaten Pamekasan, Sumenep, Situbondo, Banyuwangi, dan Bojonegoro.

Kapusdatinkom BNPB Raditya Jati mengungkapkan, sampai kemarin pagi (11/4), terjadi 8 kali gempa susulan dengan tren hypocenter yang semakin dalam. Sebanyak 16 kabupaten dan kota melaporkan kerusakan dan jatuhnya korban akibat gempa ini. Yaitu, Kabupaten Malang, Lumajang, Pasuruan, Blitar, Trenggalek, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten Probolinggo, Ponorogo, Jember, Tulungagung, Kota Batu, Nganjuk, Pacitan, dan Bondowoso.

”Sampai hari ini (kemarin, Red), ada delapan korban yang meninggal dunia. Lima orang meninggal di Lumajang dan tiga orang meninggal di Malang,” jelas Raditya kemarin.

Di samping itu, 39 orang luka-luka. Perinciannya, 36 orang luka ringan, 2 orang luka sedang, dan 1 orang luka berat. Kerusakan fisik meliputi 642 unit rumah rusak berat, 845 unit rumah rusak sedang, dan 1.361 rumah rusak ringan. Gempa juga merusak 179 fasilitas umum (fasum).

Presiden Joko Widodo telah memerintah Kepala BNPB Doni Monardo dan instansi terkait untuk melakukan langkah-langkah tanggap darurat. ”Segera cari dan menemukan korban yang tertimpa reruntuhan,” ujarnya.

Jokowi menyatakan dukacita kepada keluarga korban yang meninggal. Mantan gubernur DKI Jakarta itu pun kembali mengingatkan bahwa Indonesia berada di wilayah cincin api atau ring of fire. Karena itulah, aktivitas alam seperti gempa bumi dapat terjadi kapan saja. ”Saya mengingatkan kepada gubernur, bupati, dan wali kota untuk terus mengimbau masyarakat agar mempererat kerja sama dan meningkatkan kewaspadaan akan datangnya sebuah bencana,” tegasnya.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa ini berdampak luas karena hypocenter-nya relatif dalam. Guncangan yang ditimbulkan kembali dirasakan dalam wilayah luas. Selain itu, banyaknya bangunan yang rusak di Malang dan Blitar menunjukkan bahwa mitigasi struktural masih lemah.

Pakar struktur dan bangunan dari Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya Tavio menuturkan, harus ada solusi jangka panjang untuk mengatasi banyaknya bangunan yang roboh dan memakan korban jiwa. Dia menegaskan, semua pihak tidak boleh hanya terfokus pada kerusakan infrastruktur, bangunan fasilitas umum dan pemerintahan, serta gedung-gedung tinggi. Dalam praktiknya, bangunan-bangunan tersebut memiliki standar yang ketat terkait dengan spesifikasi perizinan. ”Namun, kita lupa pada bangunan tempat tinggal masyarakat biasa. Padahal, berapa persenkah populasi kita yang hidup di bangunan-bangunan vertikal seperti apartemen?” jelasnya.

Tavio menyatakan, regulasi untuk izin mendirikan bangunan (IMB) dan izin sertifikat laik fungsi (SLF) perlu diperketat dan tidak bisa ditawar. ”Tanpa ini, sampai kapan pun tidak akan pernah bisa. Artinya, harus ada law enforcement tanpa pandang siapa pun, khususnya pihak yang membangun,” katanya.

Namun, untuk masyarakat biasa, Tavio menyatakan tidak bisa sepenuhnya mengandalkan penegakan hukum. Harus ada solusi sehingga rakyat bisa membangun rumah dengan fitur-fitur tahan gempa yang tetap murah dan terjangkau. Sebenarnya, kata Tavio, rumah tahan gempa bisa dibangun dengan langkah-langkah standar. Misalnya, memperbaiki kualitas material dan memperkuat kerangka bangunan. ”Misalnya, kawatnya harus masuk ke kolom, besinya harus dikaitkan, terus diberi angkur ke balok. Temboknya juga bisa diperkuat dengan jaring kawat nyamuk,” terangnya.

Hal-hal itu bisa diaplikasikan orang kebanyakan dalam membangun rumah. Hanya, dibutuhkan pendidikan dan penyadaran dari pemerintah dan para ahli dengan sosialisasi secara masif dan menyeluruh. ”Tapi, kita ini kan gampang melupakan. Cenderung diam sampai ada gempa lagi. Kalau kerugian materi, mungkin bisa dibangun lagi. Kalau nyawa hilang, kan tidak bisa dikembalikan,” tegasnya.

Menurut dia, sudah saatnya pembangunan rumah tahan gempa diperluas dengan teknologi-teknologi yang terjangkau. Dengan begitu, jika terjadi gempa nanti, rumah tidak roboh dan membunuh penghuninya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X