BALIKPAPAN – Ragam kerajinan tangan dari warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Balikpapan terpampang. Tepatnya di Kreasi Berdaya Warga Lapas (Kredawala), yang baru diresmikan akhir Maret lalu.
Ini adalah sebuah wadah yang merupakan CSR Pertamina DPPU Sepinggan, guna menampung hasil karya para warga binaan. Di sana ragam kerajinan yang mayoritas berbahan dasar kayu ditampilkan. Di antaranya, miniatur kapal dan burung, serta lukisan siluet.
Sebelumnya, kerajinan-kerajinan ini kerap ditampilkan di beberapa event pameran seni. Juga di ruang kunjungan lapas, agar bisa dilihat oleh keluarga yang mengunjungi warga binaan.
“Tetapi kalau pameran kan waktu tertentu saja. Sekarang kunjungan juga ditiadakan. Jadi, muncullah Kredawala ini,” ujar Kasi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Balikpapan Krestiarto.
Dia menambahkan, selain membuat kerajinan, warga binaan juga menerima pelatihan produksi pakan ternak. Yang digagas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Lanjutnya, Kredawala menjadi motivasi bagi para warga lapas. Agar mereka memiliki keahlian dan tidak dipandang sebelah mata ketika berada di lingkup masyarakat.
Kasubsi Bimker dan Pengelolaan Hasil Kerja Lapas Kelas IIA Balikpapan Setyo Djatiatmoko berkata, sebagai pembimbing, dirinya menyebut, lukisan siluet paling istimewa. Dalam pembuatannya dibutuhkan ketelatenan si perajin.
Begitu pula beberapa kendala lain, menurut dia, salah satunya minimnya minat masyarakat terhadap seni kayu. Ditambah belum terpublikasinya karya-karya warga binaan, membuat perputaran roda produksi sedikit tersendat.
“Saat ini dari Dirjen Pemasyarakatan langsung, ada program cintai produk napi. Ini yang menjadi harapan kami masyarakat mau peduli, bahwa produk napi ini bukan karya murahan. Karya mereka juga punya nilai,” tandasnya.
Terkait lukisan siluet, dia menjelaskan, kerajinan yang dibuat dengan mengukir pada media kayu ini menjadi unggulan. Bahkan telah dibuatkan siluet untuk bupati dan wakil bupati Berau.
Karena itu, kata dia, lukisan siluet ini menjadi karya yang saat ini ingin diperkenalkan dan mendapat antusiasme dari berbagai pihak. Walau diakui, pengerjaannya bahkan bisa mencapai empat hari agar menciptakan hasil yang memuaskan.
Melalui kerajinan-kerajinan yang dibuat, pria yang akrab disapa Moko ini berharap, ikon kota bisa disandang oleh karya warga binaan. Pasalnya, ke depan, lukisan siluet diharap bisa menyasar para tokoh-tokoh daerah dan masyarakat. (*/okt/ms/k16)