Desain pemuda Tenggarong menjadi pilihan dewan juri. Rancangan futuristik dengan nilai filosofis khas Kukar, membuat para penilai terpukau. Ramah lingkungan dan minim biaya perawatan menjadi nilai tambah.
NOFIYATUL CHALIMAH, Kukar
Dari kamar sederhananya, Syandi Diantrisna Kusuma memaparkan rancangan landmark yang diajukannya pada sayembara garapan Kaltim Post. Pemuda yang tinggal di Tenggarong itu menjelaskan kepada dewan juri soal Menara Mahkota Tuah Himba. Nama ini diambil dari nilai yang dianut masyarakat Kutai Kartanegara.
Dia menjelaskan, masyarakat Kutai Kartanegara memiliki prinsip hubungan harmonis antara alam, budaya, dan manusia. Ungkapan tersebut adalah "tuah himba untung langgeng" dan "bena budaya etam".
Maksud ungkapan yang pertama adalah menjaga hutan dan alam akan membuat keuntungan yang langgeng. Juga, pedulilah pada kebudayaan kita bersama.
"Terinspirasi dari dua ungkapan tersebut, sebagaimana fungsi tengaran atau landmark yakni sebagai penanda suatu wilayah, desain yang diberi nama Menara Mahkota Tuah Himba ini diharapkan menjadi pengingat atau pembawa pesan dari leluhur masyarakat Kutai Kartanegara,” jelas Syandi.
“Sehingga bisa mengelola alam dengan bijaksana, menjalin relasi sosial, serta menadaburi kekayaan dan kearifan lokal masyarakat Kutai Kartanegara. Dengan harapan senantiasa langgeng dalam kebaikan dan selalu diberi keberuntungan dalam hidup oleh Tuhan yang mahakuasa," sambung dia.
Konsep desain ini ada tiga elemen utama. Pertama adalah kolam bundar yang berarti alam. Lalu dari kolam itu "tumbuhlah" tiang-tiang yang berarti manusia. Lalu elemen kedua itu menopang cincin mahkota yang merupakan kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat.
Elemen-elemen itu juga mempresentasikan kondisi Kutai Kartanegara. Seperti kolom-kolom menara yang terinspirasi dari tiga kebudayaan di Kutai Kartanegara. Tiga kebudayaan itu adalah kebudayaan di pesisir, lalu kebudayaan mahakam tengah, dan kebudayaan mahakam di hulu.
Selain itu, jumlah menara nantinya mampu merepresentasikan kecamatan-kecamatan yang ada di Kutai Kartanegara yang saat ini berjumlah 18.
Dia juga menambahkan, perawatan untuk desainnya ini akan lebih murah. Pada mahkota menara nantinya dipasang panel-panel tenaga surya. Sehingga, kawasan yang diproyeksikan jadi central business district (CBD) itu bisa diterangi dengan panel tenaga surya yang ada di tengaran desainnya ini.
"Harapannya energi panel itu juga bisa disalurkan untuk menerangi kawasan bundaran, soalnya jalan di situ memang gelap," sambungnya.