Pemindahan ibu kota negara ke Bumi Etam bakal menimbulkan berbagai dampak yang mesti diantisipasi. Tak hanya infrastruktur fisik, tapi juga risiko sosial.
SAMARINDA - Ibu kota negara (IKN) bakal dimulai pembangunannya tahun ini. Tidak hanya urusan infrastruktur yang mesti disiapkan. Tetapi, urusan risiko masalah sosial juga harus diantisipasi. Sebab, ketika IKN baru dijalankan, maka kondisinya tak akan beda jauh dengan DKI Jakarta. Termasuk risiko gangguan kesehatan jiwa masyarakat di sini.
"Kalau IKN ini ada, bakal banyak jadi daya tarik orang datang ke sini. Pasti tekanan sosial juga bakal tinggi. Kita sudah prepare, nanti kalau ada ledakan masalah sosial," kata Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Jaya Mualimin.
Dia menjelaskan, pihaknya banyak melakukan studi dengan rumah sakit jiwa di Jakarta. Di sisi lain, pihaknya tengah mengembangkan program baru untuk mengatasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Samarinda.
"Salah satu masalah pelik penanganan ODGJ adalah support system di masyarakat. Untuk sekarang, program ini pilot project-nya ada di Samarinda," jelas Jaya.
Dipaparkan Jaya, ketika ODGJ sudah mandiri dan tak memerlukan perawatan intensif, mereka bisa mengikuti program semacam sekolah. Dengan begitu, akan membantu pemulihan psikis mereka.
Tak sedikit kasus ODGJ yang sebenarnya sudah lumayan pulih namun kondisinya memburuk karena masyarakat, bahkan keluarga, tak memberikan support system yang baik. Mereka masih mengucilkan bahkan mengata-ngatai.
Program ini juga akan merangkul ODGJ yang juga tunawisma. Sebab itu, pihaknya juga bekerja sama dengan Pemkot Samarinda. "Harapannya, kotanya juga indah. Tidak ada lagi ODGJ yang berkeliaran," sebutnya.
Sedangkan, untuk ODGJ tunawisma pihaknya bekerja sama dengan panti sosial, yayasan, Dinas Sosial Samarinda, Satpol PP Samarinda, serta Dinas Kesehatan Kota Samarinda. Jadi, screening awal akan dilakukan dinas. Kemudian, akan ditangani RSJD untuk upaya pengobatan kesehatan jiwanya.
Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan dan Litbang RSJD Atma Husada Mahakam Rahmawati mengatakan, nantinya keluarga atau masyarakat yang hendak melaporkan ODGJ, mereka bisa langsung menelepon 112. "Nanti diteruskan ke grup khusus, lalu di-screening awal," jelasnya.
ODGJ tunawisma nantinya akan ditampung di rumah singgah. Tiap kelar sekolah di RSJD Atma Husada Mahakam, mereka akan diantar kembali ke yayasan tiap sore. Untuk pembiayaan, Rahma menyebut ada opsi BPJS Penerima Bantuan Iuran (BPJS PBI) dari pusat yang bisa dimanfaatkan.
Rahma menyebut di program ini, pasien nanti tiap pagi bisa datang langsung atau dijemput di area Taman Samarendah. Dengan begitu, keluarga tidak perlu jauh mengantar. Sorenya, pasien juga akan diantar di situ dan bisa dijemput keluarga.
"Tiap hari, pagi jam setengah 8 mulai senam, salat Dhuha bagi yang muslim. Lalu, diajarkan hobinya. Ada bikin kue, jahit, kerajinan, dan sebagainya. Lalu makan siang salat Zuhur, beraktivitas lagi, baru pulang," jelasnya.