Refinance Properti Belum Menjadi Pilihan

- Jumat, 9 April 2021 | 12:00 WIB

SURABAYA– Salah satu tujuan pemerintah lewat stimulus properti ialah mendorong sektor kredit perbankan. Sayang, sebagian lembaga perbankan belum bisa tumbuh meski menerima stimulus. Sebab, pasar refinancing alias pembiayaan ulang hunian tetap rendah.

Kepala Kredit Konsumer BCA Surabaya Rudy Harsono memaparkan, kinerja KPR pada triwulan I tahun ini lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu. Kinerja BCA secara nasional tercatat Rp 90,2 triliun pada periode tersebut. Angka itu turun 3,7 persen secara year-on-year. ’’Di wilayah kerja kami pun sama. Kinerja KPR per akhir Maret masih rendah jika dibandingkan tahun lalu,’’ ungkapnya kepada Jawa Pos (8/4).

Sebenarnya, kinerja kuartal I 2021 lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya. Pihaknya mencatat perolehan KPR Rp 3,3 triliun selama tiga bulan terakhir. Sementara itu, pada kuartal IV tahun lalu, pendapatan mereka berkisar Rp 1,9 triliun.

Faktor terbesar yang membuat capaian tahun ini belum bisa menyaingi tahun lalu adalah pandemi Covid-19. ’’Terlebih, pasar refinancing kami belum pulih. Padahal, kontribusinya bisa mencapai 70 persen dari total omzet KPR pada masa normal,’’ terang Rudy.

Pembiayaan ulang biasanya dilakukan konsumen yang ingin memperoleh uang di tengah periode cicilan rumah. Menurut Rudy, pasar itu biasanya dimanfaatkan klien menengah ke atas untuk mendapatkan uang dalam waktu cepat. Namun, pandemi membuat klien ragu mengajukan pembiayaan ulang. Apalagi, kini ada opsi restrukturasi kredit nasabah. Kebijakan tersebut membuat nasabah makin enggan memilih refinancing sebagai solusi finansial.

Kendati demikian, Rudy yakin kinerja KPR tahun ini bakal tumbuh. Yang menjadi pilar adalah pengajuan KPR rumah kelas menengah dengan nilai Rp 800 juta–Rp 1,5 miliar. Proyeksi BCA, KPR bakal naik 4–7 persen tahun ini.

Berdasar survei Indonesia Property Watch (IPW), penjualan perumahan di Jabodetabek-Banten pada kuartal I 2021 naik 6,47 persen. Lebih rinci, pengaruh stimulus pajak pertambahan nilai (PPN) nol persen mendongkrak penjualan rumah ready stock (siap huni). Kontribusinya sampai 370,8 persen dari kuartal sebelumnya. ’’Ini naiknya luar biasa,’’ kata CEO IPW Ali Tranghanda.

Dia mendesak pemerintah tidak membatasi stimulus hanya pada rumah siap huni. Tapi, diperluas sampai properti inden dengan batasan minimum progress pembangunan. Sebab, pada kuartal I, penjualan rumah inden menurun 10,40 persen dari kuartal sebelumnya. (bil/han/c18/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB
X