BEIJING – Tiongkok berang lagi kepada Inggris. Kamis (8/4) mereka menuding Negeri Britania itu menjadi panggung bagi para penghasut kemerdekaan Hongkong karena memberikan perlindungan kepada kriminal yang mereka buru. Pernyataan tersebut terlontar setelah negeri Ratu Elizabeth II itu memberikan suaka kepada aktivis prodemokrasi Nathan Law.
’’Inggris harus segera memperbaiki kesalahannya serta berhenti mencampuri urusan Hongkong dan internal Tiongkok,’’ tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian seperti dikutip Agence France-Presse.
Hubungan London dengan Beijing saat ini memang renggang gara-gara masalah Hongkong. Inggris menuduh Tiongkok mengingkari janji untuk mempertahankan kebebasan utama di bekas koloninya tersebut selama 50 tahun setelah penyerahan. Inggris resmi menyerahkan Hongkong ke tangan Tiongkok pada 1 Juli 1997.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab juga tidak terima dengan pernyataan Zhao. Dia memastikan bahwa Law memang mendapatkan suaka di negaranya. Law meninggalkan tanah airnya pada Juli tahun lalu. Mantan legislator Hongkong itu pergi sepekan setelah Undang-Undang Keamanan Nasional diterapkan. ’’Inggris memiliki sejarah membanggakan dalam memberikan perlindungan kepada mereka yang membutuhkan,’’ cuit Raab di akun Twitter-nya.
Pemerintah Inggris benar-benar membuka diri bagi penduduk Hongkong yang ingin pindah ke negaranya. Inggris mengeluarkan visa baru yang membuat penduduk Hongkong bisa tinggal di negara tersebut selama lima tahun.
Sekitar 27 ribu orang mengajukan visa tersebut sejak UU Keamanan Nasional diterapkan. Kantor Kementerian Dalam Negeri memperkirakan ada tambahan 154 ribu pendaftar pada tahun pertama. Namun, melihat antusiasme masyarakat saat ini, perkiraan itu mungkin terlampaui.
Inggris mengalokasikan GBP 43 juta atau setara Rp 861,2 miliar untuk membantu keluarga yang pindah ke negara mereka. Anggaran itu dipakai untuk mengakses rumah, pendidikan, pekerjaan, serta belajar bahasa Inggris. (sha/c14/bay)
