PROKAL.CO,
BRASILIA– Presiden Brasil Jair Bolsonaro banjir kecaman. Oposisi menuding dia melakukan genosida. Sebab, pemimpin 66 tahun tersebut menolak lockdown dan pembatasan Covid-19 yang ketat. Padahal, saat ini angka kematian harian di Brasil terus meroket. Pada Selasa (6/3), 4.195 orang meninggal. Itulah angka tertinggi sejak pandemi melanda Negeri Samba pada Februari tahun lalu.
Saat ini Brasil duduk di posisi kedua sebagai negara dengan angka kematian Covid-19 tertinggi. Jumlah penduduk yang meninggal sudah mencapai hampir 337 ribu orang. Para pakar memprediksi bulan ini 100 ribu nyawa bisa melayang jika tidak ada langkah serius yang diambil. ’’Ini seperti reaktor nuklir yang memicu reaksi berantai dan di luar kendali. Ini adalah Fukushima biologis,” ujar profesor di Duke University, AS, Miguel Nicolelis. Dia menyamakan situasi di Brasil saat ini seperti insiden bom nuklir di Fukushima.
Meski begitu, Bolsonaro justru menentang keras lockdown. Padahal, saat ini mayoritas rumah sakit di Brasil sudah kewalahan menerima pasien. Dia bahkan mengejek pemimpin negara bagian yang memberlakukan lockdown. Bolsonaro tidak mau disalahkan atas situasi di negaranya.
’’Mereka menyebut saya homofobik, rasis, fasis, penyiksa, dan sekarang apa? Sekarang saya seseorang yang membunuh banyak orang? Genosida! Sekarang saya melakukan genosida,’’ tegasnya di luar Istana Kepresidenan di Brasilia pada Selasa malam lalu seperti dilansir CNN.
Dia menegaskan, lockdown justru membuat orang-orang tidak sehat. Versi Bolsonaro, pandemi ini dibuat media. Dia merasa bisa menyelesaikan masalah Covid-19 dengan mengucurkan uang pada media.
Lonjakan kasus juga terjadi di Cile. Bahkan, gara-gara itu, pemilu lokal, regional, dan pemilihan majelis konstitusi terpaksa ditunda. Seharusnya pemilihan majelis yang merancang undang-undang di Cile itu diadakan pada 10–11 April, tetapi kini dijadwal ulang pada 15–16 Mei.