Seroja Semakin Menguat, Jawa dan Bali Waspada Sampai Tanggal 11 April

- Kamis, 8 April 2021 | 10:45 WIB
AKSES HANCUR: Dua biarawati melintasi rumah yang rusak berat setelah banjir bandang menghantam Lembata, NTT, kemarin. (RICKO WAWO/AP PHOTO)
AKSES HANCUR: Dua biarawati melintasi rumah yang rusak berat setelah banjir bandang menghantam Lembata, NTT, kemarin. (RICKO WAWO/AP PHOTO)

JAKARTA- Meleset dari perkiraan sebelumnya, Siklon Tropis Seroja diperkirakan bakal semakin menguat hari ini (8/4). Kemarin, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali merilis informasi terkait Siklon Tropis Seroja yang diprediksi mengalami peningkatan intensitas dalam 24 jam ke depan.

Berdasarkan analisis pada Rabu (7/4) pukul 01.00 WIB, posisi Siklon Tropis Seroja berada di wilayah Samudera Hindia sebelah selatan Nusa Tenggara Barat sekitar 335 kilometer sebelah selatan-barat daya Waingapu, Nusa Tenggara Timur (NTT)

Kemudian arah gerak siklon ini terpantau menjauhi wilayah Indonesia menuju ke barat daya dengan kecepatan 6 knots atau 10 kilometer per jam. Kekuatan dari siklon tropis tersebut mencapai 35 knots atau 65 kilometer per jam dengan tekanan 995 hektopaskal (hPa).

Seroja diperkirakan bakal terus menguat. Prakiraan terbaru BMKG tanggal 8 April hari ini, kecepatan angin maksimum bakal meningkat menjadi 50 knots atau 95 km/jam. Besok tanggal 9 April, bakal meningkat hingga 60 knots atau 110 km/jam kemudian diperkirakan bakal menguat lagi hingga 70 knots atau 130 km/jam pada tanggal 10 April.

Meski demikian, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, karena posisinya yang bergerak semakin menjauh dari Indonesia, dampak Seroja tidak akan terlalu signifikan pada Provinsi NTT. Namun, akan ada pergeseran dampak berupa peningkatan intensitas cuaca berupa hujan sedang hingga lebat dan bisa disertai angin kencang dan petir di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan sebagian NTB. “Sementara untuk NTT hanya akan terjadi hujan ringan saja,” kata Dwikorita kemarin.

Sementara itu, kehadiran Seroja dan pusaran bibit Siklon 90S di Samudera Hindia selatan Jawa juga bakal memicu gelombang dengan ketinggian yang bervariasi di berbagai perairan. Mulai dari yang relatif kecil 2,5 meter hingga yang ekstrim 6 meter.

Gejolak gelombang ini merata di perairan Samudera Hindia selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai barat daya Lampung. Kemudian selain ancaman di laut, ada juga potensi pemicu cuaca ekstrim di udara yakni pertumbuhan awan konvektif (cumulonimbus;CB) dengan saturasi rata-rata yang tinggi.

Dwikorita mengatakan, gejolak atmosfir dan lautan ini bakal berlangsung setidaknya hingga tanggal 11 April mendatang. Baru pada 12 April, BMKG melihat ada pelemahan pada gejolak angin dan gelombang di perairan selatan Indonesia.

Kehadiran awan CB tumbuh terutama di atas wilayah NTB dan NTT. Beberapa di wilayah NTT terbaca dengan saturasi antara 50 hingga 70 persen. Sementara beberapa titik di Samudera Hindia selatan Jatim hingga NTT ada beberapa awan CB yang cakupan spasialnya lebih dari 75 persen. “Jadi penerbangan di sekitar NTT sampai saat ini masih harus tetap waspada. Sampai tanggal 11,” jelas Dwikorita.

Maklumat Kemenhub

Menanggapi kondisi ini, Kemarin Kementerian Perhubungan menerbitkan Maklumat Pelayaran Nomor 44/PHBL/2021 tanggal 6 April perihal waspada bahaya cuaca ekstrim dalam tujuh hari ke depan.

“Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal, diinstruksikan kepada seluruh Syahbandar agar meningkatkan pengawasan keselamatan dan melakukan pemantauan kondisi cuaca setiap hari serta menyebarluaskan hasil pemantauan kepada pengguna jasa,” ujar Direktur Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) Ahmad kemarin.

Jika kondisi cuaca membahayakan keselamatan pelayaran, Ahmad minta agar Syahbandar tidak menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) hingga kondisi cuaca benar-benar aman untuk dilayari. Begitupun dengan kegiatan bongkar muat barang harus diawasi secara berkala agar pelaksanaannya tertib dan lancar.

Para nakhoda juga memiliki kewajiban untuk memantau kondisi cuaca, baik itu sebelum ataupun selama berlayar. Hal tersebut penting agar nakhoda dapat mengantisipasi, mencatat, dan melaporkannya kepada Stasiun Radio Pantai (SROP) terdekat.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X