Akses jalan dan jembatan merupakan penopang kuat dalam kehidupan dan perekonomian warga. Namun, kesulitan itu masih dirasakan warga yang menetap di Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang. Sehari-hari, mereka mesti menempuh Jembatan Mulawarman yang sudah menua.
SANGATTA–Jembatan yang tepat berada di kawasan RT 01 itu ternyata merupakan akses penghubung yang cukup lama. Kondisinya dinilai tidak mumpuni. Hingga masyarakat setempat dituntut inisiatif memperbaiki.
Dijelaskan Kepala Desa Kaliorang Supriyanto. Sejak menjabat sejak 2017, Jembatan Mulawarman, RT 01, Desa Kaliorang, belum pernah direnovasi. “Paling inisiatif warga. Karena hampir setiap tahun pasti jembatan itu diperbaiki dengan gotong royong," ungkapnya. Jembatan yang dibangun zaman transmigrasi, atau sekitar 1999–2000-an itu mulai usang dan sulit dilalui, bahkan sudah banyak kayu penyangga yang patah. Kades muda itu berharap sentuhan perbaikan secara permanen dapat dilakukan pemerintah kabupaten. "Jembatan sudah tua, banyak kayu yang patah. Itu akses milik pemkab, tapi terakhir diperbaiki 2005 perusahaan," ujarnya.
Lebih lanjut, jika Desa Kaliorang telah mengajukan dua usulan pembangunan. Salah satunya perbaikan jembatan penghubung antara Desa Bangun Jaya dengan Desa Kaliorang. "Jembatan itu merupakan satu-satunya akses, beberapa desa cuma bisa lewat sini. Makanya harus diperbaiki, malah sejak awal menjabat dan setiap musrenbang kecamatan selalu saya ajukan, tapi tidak pernah terealisasi," bebernya.
Bahkan, semua sektor mengandalkan jembatan tersebut. Bukan hanya menjadi akses lalu lintas masyarakat, melainkan jadi jalan yang dibutuhkan para petani untuk membawa hasil panen. "Itu akses semua sektor, karena statusnya jalan milik kabupaten," tuturnya.
Menurut dia, pembangunan jembatan itu jika dilakukan secara permanen diperkirakan mencapai Rp 3–5 miliar. Terlebih, sungai yang melintang cukup panjang. Hingga memerlukan dana yang signifikan. Tidak hanya jembatan, pengajuan usulan pembangunan di Kecamatan Kaliorang juga melingkupi pembangunan gedung sekolah yang bernasib sama, yaitu gedung sekolah yang dibangun sejak zaman transmigrasi. (*/la/dra/k8)