Reli Positif Kelapa Sawit, Harga TBS Tembus Rp 2.038 Per Kilogram

- Rabu, 7 April 2021 | 10:26 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu sektor usaha yang tidak terganggu hadirnya pandemi corona. Ketika berbagai usaha kesulitan untuk bertahan, sektor ini justru terus mencatatkan kinerja positif.

SAMARINDA – Kinerja gemilang ini tergambar dari penguatan harga tandan buah kelapa sawit setiap bulannya. Pada Maret 2021 bahkan berhasil menyentuh angka Rp 2.038 per kilogram. Ini merupakan titik tertinggi di Kaltim. Reli positif ini telah terjadi sejak Juni 2020 lalu.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, kenaikan harga tandan buah segar masih akan berlangsung hingga semester I 2021. Seiring dengan penguatan harga crude palm oil (CPO) global. Saat ini harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah pada CIF Rotterdam basis menguat sebesar 88 persen menjadi USD 1.158 per metrik ton (MT).

“Harga rata-rata CPO tersebut berada jauh di atas level harga potensial di level USD 700 per MT. Tingginya harga CPO membawa harapan bagi para petani untuk mendongkrak harga TBS,” katanya, (5/4).

Dia menjelaskan, perbaikan harga CPO sampai saat ini masih disebabkan permintaan yang cukup tinggi. Mulai pulihnya perekonomian global pasca-vaksinasi Covid-19 di sejumlah negara, mendorong tumbuhnya konsumsi dan permintaan ekspor sehingga meningkatkan harga CPO. Selain itu, menguatnya harga minyak nabati lain juga mendorong kenaikan harga CPO.

Hal itu juga bersamaan dengan pasar global yang mengalami kekurangan pasokan minyak sawit, sehingga harga CPO terus mengalami kenaikan. Stok minyak sawit di pasar internasional khususnya di negara-negara importir turun sekitar 26 persen sejak 2019. Kekurangan ini juga yang membuat harga CPO terus naik. “Kenaikan harga CPO masih terus terjadi sampai akhir semester I 2021,” tuturnya.

Selain dari ekspor, serapan domestik juga akan mendongkrak harga CPO. Saat ini Indonesia tengah mengimplementasikan B30. Setelah menerapkan bahan bakar campuran biodiesel 30 persen tersebut, pemerintah akan meningkatkannya menjadi B40. Produk ini ditargetkan bisa diimplementasikan pada Juli 2021. Pihaknya juga berharap bisa lebih cepat menuju B100, dan green energy lainnya.

“Serapan domestik ini harapannya bisa membuat harga CPO lebih stabil, sehingga berdampak juga bagi perbaikan harga TBS di tingkat petani,” ungkapnya.

Sebab CPO digunakan sebagai salah satu pengukur harga TBS di daerah, sehingga peningkatan harga minyak sawit pasti sangat berdampak pada TBS di tingkat petani. Saat terjadi peningkatan pada harga CPO, tentunya harga TBS akan meningkat. Peningkatan harga TBS itu dirasakan langsung oleh petani. Sehingga sangat penting bagi kesejahteraan petani lokal di Kaltim.

“Perbaikan harga CPO kita prediksikan masih akan terus berlanjut, kita berharap harga TBS juga terus mengikuti,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X