BALIKPAPAN – Satu tahun mewabahnya pandemi Covid-19 berdampak pada meningkatnya volume limbah medis sekali pakai. Baik yang dihasilkan oleh rumah tangga maupun rumah sakit. Tentu hal ini menjadi masalah serius, jika tak ditangani dengan tepat.
Berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), penambahan limbah medis selama pandemi mengalami peningkatan sebesar 30-50 persen. Dengan total keseluruhan sekitar 7.502,79 ton, sejak awal pandemi hingga data terakhir 9 Februari.
Di Balikpapan, data timbunan limbah medis dari awal pandemi hingga akhir 2020, tercatat sebesar 2,35 ton. Anggaran yang dikeluarkan untuk limbah ini medis ini mencapai Rp 176 juta.
“Dari anggaran itu, dibagi Rp 75 ribu. Karena per kilonya segitu. Kalau sekarang sudah 744 kg dari bulan Januari sampai Maret,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Andi Sri Juliarty.
Dia melanjutkan, jumlah tersebut masih dalam batas wajar. Walau tidak diketahui dibanding daerah lain yang bisa jadi lebih tinggi. Meski diakuinya meningkat, jika dibandingkan sebelum wabah pandemi.
Disebabkan oleh lonjakan kasus yang terjadi, Dio, sapaannya berkata, kemungkinan limbah B3 lebih banyak. Namun, hal tersebut telah diantisipasi dengan menyediakan boks sesuai jenis limbah dan peningkatan pengelolaan limbah berbahaya.
“Jadi sudah ada disediakan, seperti plastik kuning untuk masker,” sebutnya.
Sementara, tambahnya, saat ini penggunaan safety box juga lebih diperbanyak lagi. Yang mana selalu disediakan di tempat pelayanan. Karena adanya tambahan limbah untuk program vaksinasi, seperti jarum dan botol vaksin. (*/okt/ms/k15)