Kota Minyak tak lagi memiliki sumber air baku permukaan potensial. Bendungan Sepaku-Semoi yang kemungkinan bisa dimanfaatkan pada 2024 menjadi satu-satunya jalan keluar.
BALIKPAPAN – Defisit kebutuhan air baku masih menghantui Balikpapan. Di kota penyangga ibu kota negara (IKN) baru ini masih kekurangan air baku sebesar 773 liter per detik pada 2021. Dan diperkirakan terus bertambah menjadi 1.335 liter per detik pada 2026.
Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi berharap pembangunan Bendungan Sepaku-Semoi yang akan di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), bisa segera tuntas. Pasalnya bendungan yang dikerjakan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda itu akan menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Dan diharapkan menjadi solusi defisit air baku di Kota Minyak.
“Ini paling strategis, kalau kita ingin menyelesaikan persoalan air baku di Balikpapan,” katanya kepada Kaltim Post (5/4).
Hal itu disebabkan Balikpapan tidak lagi memiliki sumber air baku permukaan yang potensial, sehingga diperlukan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional. Bendungan Sepaku-Semoi rencananya memproduksi air bersih dengan kapasitas 2.500 liter per detik. Dan sekira 1.000 liter per detik akan dikirim untuk menyuplai sumber air bersih di Balikpapan.
“Mudah-mudahan ini bisa segera selesai. Karena ini menjadi kunci. Kami enggak mungkin lagi mengambil air dari sumur dalam,” ungkap pria berkacamata ini.
Dengan demikian, Bendungan Sepaku-Semoi menjadi satu-satunya solusi bagi Pemkot Balikpapan. Jika ingin mau menyelesaikan masalah ketersediaan air bersih dan menyediakan akses air minum 100 persen untuk masyarakat. Yang menurut perencanaan, kontrak pekerjaan dirampungkan pada 2023 dan bisa dimanfaatkan pada 2024.
“Makanya, ini diharapkan betul sumber air baku dari Sepaku-Semoi. Walaupun PDAM menjajaki juga penggunaan air laut. Yang mahal dan juga produksinya, enggak besar,” pungkasnya. (kip/dwi/k16)
