Secara sederhana, kata Deden, fumigasi adalah pengasapan. Bahan baku fumigasi dibakar dengan metode khusus untuk mengeluarkan asap.
”Ketika fumigasi asap nggak boleh keluar ruangan. Yang dari luar ruangan juga nggak boleh masuk,” jelasnya.
Melalui pengasapan tersebut, buku-buku tua di perpustakaan tempatnya bekerja dijaga dari musuh utama: serangga. ”Fumigasi untuk menghindari serangga, menghindari kerusakan kertas, dan memusnahkan telur-telur (serangga) juga,” terang dia.
Joko menambahkan, pihaknya juga melakukan perawatan harian untuk memastikan semua koleksi Perpustakaan Pusat Disjarahad terpelihara dengan baik. ”Secara rutin dilakukan pemeliharaan tiap hari dengan melakukan pengaturan sirkulasi udara, kelembapan ruangan, dan pembersihan ruangan,” beber Joko.
Bukan hanya itu, pengaturan cahaya juga turut menjadi perhatian. Ditambah pemberian kapur barus dan penyemprotan debu.
Koleksi buku di sana tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung. Hanya bisa dibaca di tempat. Sebagian buku tersebut juga sudah dibuatkan versi digital. Namun, lagi-lagi hanya bisa diakses di Perpustakaan Pusat Disjarahad. Lewat komputer yang sudah mereka sediakan. Versi digital itu belum bisa diakses masyarakat yang menggunakan internet. Sebab, memang belum diunggah untuk dinikmati di dunia maya.