Okupansi Hotel di Kaltim Masih Rendah

- Jumat, 2 April 2021 | 13:33 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Okupansi hotel berbintang di Kaltim pada Februari 2021 masih rendah, yakni di level 43,82 persen. Kondisi ini diprediksi berlangsung hingga Juni mendatang.

 

SAMARINDA – Meski masih rendah, tingkat keterisian kamar hotel sudah menunjukkan perbaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) pada Februari 2021 mengalami kenaikan 0,84 poin dibanding Januari 2021 yang berada di angka 42,98. Namun, jika dibandingkan Februari 2020 terjadi penurunan TPK sebesar 17,43 poin, yaitu dari 61,25 persen.

Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kaltim HM Zulkifli mengatakan, peningkatan okupansi pada Februari masih jauh dari kata menguntungkan. Sebab, TPK hanya mencapai 43,82 persen. Angka ini belum menyentuh titik ideal. Pengelola hotel baru bisa menutupi biaya operasional jika okupansi menyentuh 60 persen.

“Namun untuk hotel berbintang, penghasilannya tidak hanya dari okupansi. Masih ada restoran, spa, fitness centre, ballroom dan lainnya. Jadi, bisa menutupi atau bahkan menambah keuntungan,” ungkapnya, Kamis (1/4).

Menurutnya, dengan okupansi di atas 40 persen, pengelola hotel tetap harus bersyukur. Walau belum bisa mendapat keuntungan besar, setidaknya sudah lebih baik dibandingkan pada 2020 yang sempat menyentuh 20 persen.

Pihaknya berharap masifnya vaksinasi bisa membawa kepercayaan masyarakat untuk meningkatkan mobilitas. Hal itu akan berdampak besar bagi okupansi di Kaltim. Semakin cepatnya pemulihan Covid-19, maka semakin cepat kegiatan bisnis berjalan dan berujung pada peningkatan berbagai sektor termasuk pariwisata. “Kita berharap pengendalian Covid-19 bisa segera diselesaikan, agar ada kepastian pasar,” pungkasnya.

Terpisah, Ketua DPD Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Kaltim Adith Raharjo mengatakan, perkembangan okupansi tentunya masih akan bergantung pada kasus Covid-19. Banyaknya kasus akan menghalangi mobilitas masyarakat, sehingga akan menghambat okupansi.

Hotel di Kaltim kebanyakan masih berasal dari Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE). Ketika penerbangan terganggu, mobilitas dibatasi, maka akan berimbas pada okupansi di daerah. Perjalanan bisnis yang seharusnya dilakukan jadi terhambat. “Okupansi memang meningkat, tapi masih rendah. Tingkat hunian yang masih rendah ini masih akan berlangsung hingga Juni mendatang,” katanya.

Menurutnya, Juni kemungkinan baru okupansi bisa meningkat kembali. Jika kasus Covid-19 mulai mereda, vaksin mulai merata tentunya bisa berpengaruh lagi terhadap mobilitas masyarakat, ke Kaltim atau ke luar Kaltim. Jika vaksinasi secepatnya didistribusikan merata pada semua masyarakat, seharusnya November hunian sudah kembali bagus.

“Kita tetap menggantungkan harapan pada percepatan pemulihan Covid-19, supaya tidak ada mobilitas yang terganggu dan ekonomi bisa tetap tumbuh dengan baik,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB
X