Lebih Parah dari Tragedi La Cartuja

- Jumat, 2 April 2021 | 10:46 WIB
Pemain Jerman tertunduk setelah timnya dikalahkan Makedonia Utara.
Pemain Jerman tertunduk setelah timnya dikalahkan Makedonia Utara.

DUISBURG– Laga pertama Jerman di Euro 2020 menghadapi Prancis hanya kurang 76 hari lagi. Bukannya makin menunjukkan statusnya sebagai salah satu tim favorit pemenang Euro 2020, performa Jerman malah anjlok.

Kamis (1/4), Ilkay Guendogan dkk dipermalukan Makedonia Utara 1-2 di kandang sendiri, Schauinsland-Reisen-Arena, Duisburg. Bertolak belakang dengan start mulus Die Mannschaftt dalam dua laga awal kualifikasi Piala Dunia 2022 sebelumnya. Yaitu ketika skuad asuhan Joachim Loew mengalahkan Islandia 3-0 (26/3) lalu unggul1-0 di kandang Rumania tiga hari berselang (29/3).

 ”Lebih memalukan ketimbang kekalahan 0-6 di La Cartuja,’’ tulis Sport 1 dalam judul halaman utamanya. Ya, Estadio de la Cartuja di Seville pernah memberi memori buruk bagi Jerman pada 17 November 2020. Yakni, ketika Die Mannschaft disikat Spanyol setengah lusin gol tanpa balas di matchday keenam UEFA Nations League. Itu merupakan kekalahan terbesar dalam histori Jerman.

 Tapi, kalah oleh Spanyol yang notabene tim tangguh Eropa masih bisa ditoleransi. Ranking Spanyol saat itu (ranking keenam) juga di atas Jerman (peringkat ke-13). Tentu berbeda dengan Makedonia Utara yang berselisih 58 setrip di bawah Jerman. ”(Kalah oleh tim yang perbedaannya) bagaikan bumi dan langit,” tulis Kicker.

 Baik media dan publik Jerman pun mulai pesimistis dengan peluang tim kesayangannya dalam Euro 2020 pada musim panas nanti. ”Aku tidak tahu apakah ini kemunduran atau tidak. Waktu yang akan menjawabnya,” ucap Guendogan, gelandang Jerman yang dipercaya sebagai kapten dalam laga kemarin.

 Perlu diketahui, dalam Euro 2020, Jerman bukan hanya satu grup dengan Prancis yang notabene juara Piala Dunia 2018. Ada pula juara bertahan Portugal. Performa Prancis dan Portugal pun masih terjaga di kualifikasi Piala Dunia 2022. ”Masih afa waktu untuk berbenah,” imbuh Guendogan yang musim ini tampil sebagai mesin gol Manchester City itu.

 Taktik Loew mengganti formasi lini belakang dari empat bek menjadi tiga bek (skema 3-1-4-2) pada 56 menit pertama dituding sebagai salah satu faktor kekalahan Jerman. Sebab, Leroy Sane yang biasanya bermain sebagai wide attacker bersama Bayern Muenchen keteteran dalam bertahan (seolah menjadi wingback kanan). Beda dengan Robin Gosens di sisi kiri karena pemain Atalanta BC itu memang terbiasa memainkan posisi tersebut.

 Jogi –sapaan akrab Loew—juga membayar mahal pilihan tidak pernah mencari pemain nomor 9 yang mumpuni. Dalam skuad Jerman kemarin hanya ada Timo Werner dan dia baru turun pada menit ke-56. Meski menggairahkan lini serang, Werner jadi olok-olok di media sosial karena membuang peluang bagus di sepuluh menit terakhir.

 Menerima umpan Guendogan dalam posisi tidak terkawal di depan gawang Makedonia Utara, sepakan Werner tidak akurat dan melebar. Loew pun sangat kesal dengan momen kegagalan striker Chelsea itu dalam memaksimalkan peluang. ”Itu benar-benar mengecewakan. Kami banyak kehilangan bola dalam pertandingan ini,” keluh pelatih yang telah memutuskan tidak akan menangani Jerman selepas Euro 2020 itu. (ren/dns)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pengalihan Kuota Atlet Tunggu Keputusan

Rabu, 8 Mei 2024 | 17:15 WIB

Skuad Hoki Kaltim Asah Kemampuan di Bantul

Rabu, 8 Mei 2024 | 16:15 WIB

Pasukan Pelatda Jalani Tes Fisik

Rabu, 8 Mei 2024 | 14:15 WIB

Kalbar Target 10 Medali Emas PON Aceh-Sumut

Rabu, 8 Mei 2024 | 12:14 WIB

Kriket Kaltim Pilih Tryout di Bali

Rabu, 8 Mei 2024 | 10:15 WIB

LA Lakers Pecat Pelatih Darvin Ham

Sabtu, 4 Mei 2024 | 17:30 WIB
X