Tanto Intim Line dan Kiprah Pelayaran Setengah Abad, Prinsip Kami Memang Sedikit Nekat untuk Melayani Masyarakat

- Jumat, 2 April 2021 | 10:19 WIB

Tanto Intim Line berangkat dari usaha rumahan Herman Hartanto di Surabaya. Lima dekade kemudian, perusahaan pelayaran tersebut memiliki lebih dari 50 armada kapal serta puluhan ribu kontainer yang menjelajah Nusantara.

 

Mochamad Salsabyl Adn, Surabaya, Jawa Pos

 

INTIM. Nama itu sudah melekat setelah Tanto selama puluhan tahun sebagai identitas perusahaan pelayaran asal Surabaya. ’’Artinya bukan mesra lho,’’ celetuk Direktur Informasi dan Transformasi Tanto Intim Line Agung Prayitno saat ditemui Jawa Pos di kantor pusat di Surabaya Selasa lalu (30/3).

Kalau nama Tanto, sudah jelas kependekan dari Herman Hartanto, sang pendiri perusahaan pelayaran tersebut. Cocok juga untuk mewakili marga pria Hokkian tersebut: Tan.

Lalu, bagaimana dengan intim? Itu singkatan dari Indonesia Timur. Kali pertama berbisnis, Herman memang mendapat rute pelayaran Surabaya–Ambon. ’’Karena itulah, Indonesia Timur menjadi akar dari perusahaan,’’ ungkap Direktur Operasional Tanto Intim Line Arfan Hani.

Pelayaran ke timur bukan rute favorit perusahaan pelayaran. Baik saat ini, terlebih lagi dulu. Alasannya banyak. Misalnya, infrastruktur yang tak sematang pelabuhan Indonesia sebelah barat. Atau, pasarnya tak segemuk kota-kota besar.

Tapi, Herman bersama istri, Loesiana, dan dua karyawan nekat untuk mengoperasikan satu kapal, KM Tanusi, dan menekuni rute tersebut. Kapal yang dulu tiga tahun mangkrak karena mesinnya rusak. Dari sana, rute-rute Indonesia Timur lainnya mulai terbuka, antara lain Surabaya–Ternate.

General Manager Tanto Intim Line Hein Moningka mengatakan, Herman bersama sang istri, Loesiana, dan dua karyawan memang nekat. Pria yang bekerja di Tanto Intim Line sejak perintisan itu mengaku bahwa perusahaannya berdarah-darah di tahun-tahun pertama. Baru pada 1999, saat perusahaannya membuka cabang Jakarta dan menjamah rute Indonesia Barat, pihaknya mulai melihat keuntungan.

Mulai Medan, Sumatera Utara, tempat kelahiran Herman, sampai pelayaran ke Ogan Komering Ilir di Palembang, Sumatera Selatan, disentuh. ’’Kami berangkat dari satu kapal dengan kapasitas 700 DWT (deadweight ton, Red) sampai kini punya puluhan armada dengan kapasitas sampai 35 ribu DWT,’’ imbuh Arfan.

 

*

 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X