Begitu juga dengan bidang ekonomi kreatif serta sejarah budaya yang turut memiliki kriteria penilaian. Seperti sisi kearifan lokal, futuristik, serta keterkaitannya dengan budaya lokal.
Dalam pernyataannya, Jati Nugraha yang merupakan arsitek asal Kaltim itu menyebut karya yang dikirimkan oleh para peserta sangat bagus. Sehingga, tak mudah menentukan lima besar dalam proses penilaian. Maka diperlukan sudut pandang yang ideal untuk menentukan lima karya terbaik. Misalnya, kata dia, desain yang diberikan juga harus autentik dan memungkinkan untuk dibangun di lokasi tersebut.
“Makanya kami upayakan mencari tahu landmark tersebut benar-benar ideal untuk dibangun. Memang tidak mudah menentukan lima karya tersebut, tapi kami putuskan yang terbaik dari kriteria yang ada,” katanya.
Sedangkan Heri Rusnadi melihat dari kacamata pariwisata. Bidang tersebut menurutnya penting dalam rangka menarik wisatawan datang ke lokasi tersebut. Selain memiliki unsur yang ikonik, landmark juga menjadi penunjang sektor pariwisata. “Kami coba mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari karya-karya yang sudah sangat baik ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Akbar Haka memastikan independensi juri berjalan saat proses penjurian. Bahkan, panitia tidak memberikan identitas pemilik karya tersebut. Sehingga pada desain karya hanya diserahkan nomor peserta sebagai penanda penilaian.
Ia menyebutkan, karya yang diberikan pada lomba kali ini begitu memukau, serta sukses membuat juri kagum. Banyak karya yang menunjukkan sisi futuristik, namun sisi kearifan lokalnya yang minim. “Kami ingin ada kemegahan di landmark ini. Tapi juga harus ada unsur lokalnya. Semua kami coba padukan,” kata Akbar.