JAKARTA- Densus 88 Anti Teror berupaya ngukap kasus bom bundir Gereja Katedral Makassar hingga ke akar. Setelah menangkap empat terduga teroris, (30/3) Polri memastikan pasukan berlambang burung hantu kembali menangkap tiga terduga teroris lainnya.
Uniknya, hingga saat ini Polri belum bisa memastikan hubungan antara kelompok teroris yang ditangkap di Makassar dengan di Jakarta dan Bekasi. Kendati kedua kelompok ditangkap dalam waktu yang hampir bersamaan pasca bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.
Kabagpenum Divhumas Polri Kombespol Ahmad Ramadan menjelaskan, untuk ketiga terduga teroris yang ditangkap belakangan berinisial MM, M, dan MAN. Ketiganya perempuan yang memiliki peran berbeda-beda dalam aksi teror di Gereja Katedral. ”Semua inisialnya M ya, yang terakhir saya bikin MAN,” terangnya.
Untuk MM, lanjutnya, beperan memotivasi dua pelaku bom bunuh diri L dan YSF. Dia mengatakan, motivasi itu untuk melakukan amaliyah yang akhirnya terjadi tersebut. ”Karenanya, MM mengahui persis bagaimana rencana aksi tersebut,” ujarnya.
Tidak hanya itu, MM ternyata juga dimotivasi oleh SAF untuk bisa menjadi pelaku aksi teror. SAF merupakan terduga teroris yang ditangkap di gelombang pertama pasca aksi bom bunuh diri.”Memotivasi sekaligus disiapkan melakukan aksi,” terangnya.
Selanjutnya, untuk inisial M merupakan kakak ipar dari SAS. M mengetahui dengan persis bahwa SAS mengikuti kajian di Vila Mutiara. ”Yang inisial MAN perannya bahkan mengetahui keberangkatan L dan YSF menuju Gereja Katedral. Tersaka juga mengetahui SAS ikut kajian di Vila Mutiara,” urainya.
Menurutnya, dirasa perlu unuk mengungkap peran dari empat terduga teroris yang ditangkap dalam gelombang pertama. Yakni, SAS, S alias Eka, R alias M, dan Andre alias AN. Untuk peran SAS sendiri mengetahui perecanaan aksi teror L dan YSF. Lalu, juga mengikuti kajian di Vila Mutiara. ”Ikut juga baiat ke ISIS yang dipimpin Basri, terduga teroris yang ditangkap Januari lalu,” paparnya.
Peran dari S alias Eka ikut bersama pelaku bom bundir merencanakan aksi teror. Serta, mengikuti kajian di Vila Mutiara. ”Tersana juga lakukan baiat kepada ISIS bersama Basri,”terangnya.
Untuk peran dari R alias M, lanjutnya, merupakan surveyor lokasi aksi. Dia mengatakan, R bersama dua pelaku bom bunuh diri bersama-sama mensurvei Gereja Katedral Makassar. ”Terakhir Andre itu mengikuti kajian dan baiat ke Abu Bakar Al Baghdadi, jelasnya.
Sementara untuk penangkapan empat terduga teroris di Jakarta dan Bekasi, Polri memastikan masih melakukan pendalaman. Hingga saat ini belum ada benang merah antara kelompok di Jakarta dengan Makassar.”Masih didalami hubungannya,” tutur Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Yusri Yunus.
Menurutnya, perkembangan untuk penangkapan empat terduga terorid di Condet, Jakarta dan Bekasi, Jawa Barat mulai diketahui. Untuk ZA yang ditangkap di Bekasi berperan membuat dan merakit bom. ”Ditemukan lima bom aktif yang dinamai bom botol,” ujarnya.
Bom tersebut menggunakan TATP yang dipastikan berdaya ledak high explosive. Selanjutnya, ditemukan 1,5 kg TATP, padahal untuk bom botol itu membutuhkan 100 gram hingga 200 gram. ”Bisa dihitung sendiri nanti bisa jadi berapa bom,” terangnya.
Menurutnya, tak hanya itu di kediaman ZA juga ditemukan bahan TATP lainnya. Dengan penangkapan itu, dikembangkan ke HH yang ditangkap di Condet. ”Mungkin teman-teman sudah kesana, itu yang memiliki usaha jual beli mobil,” ujarnya.
H berperan sebagai pendana, motivator, dan fasilitator pembuatan bom. Menurutnya, di kediaman HH ini ditemukan 2 kg TATP. Ini bahan peledak yang sempat diledakan oleh Gegana. ”Karena tim tidak berani membawanya ke Mako,” urainya.