Traveling sambil Berkegiatan Sosial

- Selasa, 30 Maret 2021 | 10:10 WIB
Auliya Fathamsyah
Auliya Fathamsyah

Sambil menyelam minum air mungkin jadi pepatah yang cocok untuk Auliya Fathamsyah. Selain menjadikan traveling sebagai kegiatan wajib, perempuan kelahiran 23 Juli 1995 itu juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyalurkan jiwa sosialnya.

 

AKTIF menjadi anggota komunitas sosial, yaitu 1000 Guru Balikpapan, alumnus Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman itu sering pergi mengajar di pedalaman. Salah satunya di Kepulauan Balabalagang.

Meski secara administratif Kepulauan Balabalagang masuk wilayah Sulawesi Barat, secara geografis letaknya lebih dekat ke Kaltim. Pesona wisata bahari yang ditawarkan pulau ini membuat kegiatan sosial jadi lebih berkesan. Berkegiatan sosial sambil traveling membuat istri dari Ibnu Khoirul Fajar ini menjadi ketagihan.

“Kebetulan aku ke Kepulauan Balabalagang itu sama komunitas 1000 Guru Balikpapan. Jadi programnya mengajar di SD (sekolah dasar) pedalaman, tapi di sana juga ada destinasi wisata bahari yang bagus,” ujar bungsu dari tiga bersaudara itu.

Di antara beberapa pulau di Kepulauan Balabalagang, perempuan yang akrab disapa Aul itu melaksanakan kegiatan sosialnya di Pulau Salissingan. Pulau itu merupakan satu-satunya yang berpenduduk. Di sana terdapat SD dan puskesmas. Jumlah penduduknya pun terus bertumbuh. Pulau itu pas dijadikan target komunitas mereka untuk mengajar.

“Perjalanan ke sana tidak sulit, bisa booking kapal di Pelabuhan Manggar. Kapalnya seperti kapal nelayan, hanya lebih besar dan lebih bagus,” tutur Aul. Meskipun memiliki pesona alam luar biasa, infrastruktur di pulau ini bisa dikatakan masih minim. Sebab, dari tiga pulau yang dikunjungi, yaitu Pulau Salissingan, Pulau Sumanga Besar, dan Pulau Sumanga kecil, tidak ada terdapat penginapan. Untuk tempat tinggal, biasanya para traveler menggunakan rumah kepala dusun.

“Di sana memang tidak ada penginapan atau resort, tapi warga kampung ada menyediakan tempat. Jadi kesahnya (ceritanya) kami kasih uang sama yang punya rumah buat bayar air dan tempat,” ujar Aul.

Menurutnya, selain tempat tinggal, kendala lainnya adalah sumber air. Di sana airnya payau. Air payau adalah campuran air tawar dan air laut. Sumber airnya pun hanya hujan. Karena itu, para pelancong harus bisa berhemat air. Selain itu, di sana tidak ada sinyal telekomunikasi dan jaringan listrik. Aliran setrum hanya tersedia dari pukul 6 sore hingga pukul 11 malam.

Namun, dengan sederet kekurangan itu, Aul mengatakan, destinasi ini sangat cocok untuk para pelancong yang suka diving dan snorkelling. Sebab, aksesnya yang tidak jauh dari Balikpapan. Serta terumbu karangnya yang masih besar-besar dan bagus. Lautnya juga biru dan pirus. Ditambah lagi warganya sangat ramah.

“Jadi, destinasi ini paling cocok untuk para traveler yang benar-benar ingin jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Apalagi di tengah pandemi seperti ini,” katanya. Pandemi memang banyak menghalangi para pelancong, tak terkecuali Auliya. Banyak destinasi yang sudah direncanakan jauh-jauh hari harus ditunda karena terkendala pandemi Covid-19. Padahal berkunjung ke berbagai destinasi menjadi obat penghibur setelah penat bekerja.

“Melihat kebudayaan baru, orang-orang baru, bahasa baru, dan hal baru lainnya dari daerah yang kita kunjungi. Rindu, karena sekarang susah mau bepergian,” ujar alumnus SMA 5 Balikpapan itu.

Aul berencana akan menyambangi daerah-daerah lain setelah pandemi bisa dikendalikan. Di antaranya, Nusa Tenggara Timur. Semoga kekecewaan 2020 yang sulit bepergian bisa terbayarkan nantinya. (ctr/ndy/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X