Waspada Penurunan Harga Batu Bara

- Selasa, 30 Maret 2021 | 09:55 WIB
Pengusaha batu bara diminta tetap waspada dengan potensi terjadinya penurunan harga. Sebab, kenaikan emas hitam pada akhir tahun lalu dan di awal 2021 hanya sebatas musiman. Dan biasanya pada pertengahan tahun harga emas hitam cenderung turun.
Pengusaha batu bara diminta tetap waspada dengan potensi terjadinya penurunan harga. Sebab, kenaikan emas hitam pada akhir tahun lalu dan di awal 2021 hanya sebatas musiman. Dan biasanya pada pertengahan tahun harga emas hitam cenderung turun.

SAMARINDA – Pengusaha batu bara diminta tetap waspada dengan potensi terjadinya penurunan harga. Sebab, kenaikan emas hitam pada akhir tahun lalu dan di awal 2021 hanya sebatas musiman. Dan biasanya pada pertengahan tahun harga emas hitam cenderung turun.

Diketahui, harga batu bara acuan (HBA) naik dari semula USD 51 per ton pada Oktober 2020 kemudian naik berturut-turut menjadi USD 55,71 per ton pada November 2020, USD 59,65 per ton pada Desember 2020, USD 75,84 per ton pada Januari 2021, dan USD 97,79 per ton di Februari 2021. Pada Maret 2021, menjadi USD 84,49 per ton. Sedikit mengalami penurunan namun cenderung masih tinggi.

Pengamat Pertambangan Batu Bara Kaltim Eko Priyatno mengatakan, saat ini harga batu bara memang sedang di atas, bahkan mendekati level USD 100 per ton. Kenaikan pada akhir tahun lalu disebabkan memasuki musim dingin di berbagai negara pengimpor batu bara. Sedangkan untuk kenaikan saat ini lantaran Tiongkok lebih fokus melakukan impor daripada memproduksi batu bara.

“Tapi kenaikan ini sebatas musiman, sebab sifatnya masih tidak stabil. Perubahan bisa terjadi kapan saja, bisa menurun atau malah semakin tinggi,” ujarnya. Menurutnya, kenaikan harga pada awal tahun sudah sering terjadi. Lalu kembali menurun pada pertengahan tahun. Saat ini disebutnya produktivitas tambang tengah jauh berkurang. “Stok sekarang berkurang karena kesulitan memproduksi saat musim hujan. Tingginya permintaan yang belum bisa dipenuhi membuat harga naik,” tuturnya.

Permintaan yang besar masih berasal dari Tiongkok. Sebab, negara tersebut masih memberhentikan pabrik-pabrik tambang akibat pandemi. Sehingga Tiongkok rutin melakukan impor daripada memproduksi sendiri. Tiongkok juga memerlukan emas hitam yang cukup banyak untuk kebutuhan pembangkit listrik bertenaga uap batu bara.

Kenaikan harga batu bara memang terjadi secara perlahan. Hanya saja proyeksi kenaikan itu bisa berubah sewaktu-waktu. “Situasi ini belum tentu bisa bertahan lama. Sebab, harga emas hitam sudah tak secemerlang dulu,” ungkapnya.

Kenaikan harga bergantung pada tingginya permintaan saat ini. Nantinya seiring penurunan permintaan, harga akan mengikuti. Setidaknya pertengahan tahun bisa saja menurun atau bisa saja meningkat. Namun, kemungkinan harga jatuh masih besar. Harga tinggi saat ini untuk batu bara high calorie. Di Kaltim kebanyakan kualitas batu bara baru mencapai low dan middle calorie. Sehingga harganya bukan hantam rata untuk semua batu bara.

“Jadi, untuk pelaku usaha yang bergerak pada low calorie belum merasakan kenaikan harga ini. Namun, tetap kenaikan ini menjadi angin segar bagi industri pertambangan dan penggalian,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X