Pulihkan Ekonomi lewat Otomotif dan Properti

- Sabtu, 27 Maret 2021 | 12:16 WIB

JAKARTA– Industri otomotif dan properti bisa menjadi perangsang pulihnya perekonomian nasional. Pemerintah menjadikan dua sektor tersebut prioritas dengan terus menggelontorkan berbagai stimulus dan relaksasi. Itu dilakukan supaya belanja masyarakat kelas menengah atas meningkat.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, otomotif dan properti mempunyai multiplier effect. Jika kinerja dua sektor itu baik, industri lain yang mengikutinya pun akan baik pula. ”Otomotif bakal mendukung sektor transportasi. Properti juga begitu, mulai bahan bangunan sampai konstruksi,” katanya (26/3).

Karena itulah, BI dan pemerintah memberikan relaksasi uang muka pembelian kendaraan dan melonggarkan loan to value/financing to value kredit. Selain itu, menanggung pembiayaan properti sampai 100 persen.

”Ekonomi tumbuh, maka sektor keuangan juga akan tumbuh. Insya Allah kredit pembiayaan dan sektor keuangan akan naik dan akan bawa kemajuan,” harap Perry.

Dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bakal berkisar 4,3–5,3 persen. Itu didukung perbaikan kinerja ekspor, belanja pemerintah, dan Undang-Undang Cipta Kerja yang meningkatkan investasi.

Sementara itu, Asisten Gubernur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung memaparkan adanya sejumlah faktor yang menghambat lajunya permintaan kredit. Hingga Februari lalu, kredit masih terkontraksi sampai minus 2,15 persen.

Menurut Juda, ada dua faktor penyebab kredit yang masih minus. Yakni, rendahnya permintaan (demand) di sektor korporasi dan rumah tangga. Sebenarnya, sektor korporasi mulai menunjukkan pemulihan. Saat ini pun, likuiditas korporasi masih tinggi. Terutama korporasi-korporasi besar. ”Karena mereka tahun lalu belum melakukan investasi. Bahkan, rencana-rencana investasinya ditunda,” terang Juda.

Sementara itu, sektor rumah tangga cenderung berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Mengingat, masih berlanjutnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sampai 5 April 2021. Kebijakan itu praktis memengaruhi belanja. Itu berdampak pada rendahnya permintaan kredit oleh masyarakat. (han/c13/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X