TB Scan, Teknologi Baru Diagnosis Penyakit Tuberkulosis Berbasis Nuklir

- Kamis, 25 Maret 2021 | 11:39 WIB
INOVASI: Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan (kiri) bersama Kepala Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka Batan Rohadi Awaludin menunjukkan TB Scan di Serpong kemarin (24/3). Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos
INOVASI: Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan (kiri) bersama Kepala Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka Batan Rohadi Awaludin menunjukkan TB Scan di Serpong kemarin (24/3). Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos

Nilai penting TB Scan tak hanya terletak pada ringkasnya durasi diagnosis, dengan biaya sudah ditanggung BPJS Kesehatan pula. Tapi juga pada pesan yang terkandung: iptek nuklir itu bisa bermanfaat untuk masyarakat luas.

 

M. Hilmi Setiawan, Tangerang Selatan, Jawa Pos

 

INILAH kado dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) pada peringatan Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia kemarin: diagnosis yang berlipat-lipat singkatnya. Masuk sistem BPJS Kesehatan pula. Jadi, pasien tidak perlu menanggung biaya.

Namanya TB Scan. Teknologi diagnosis penyakit tuberkulosis (TB) berbasis nuklir yang sudah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Batan memperkenalkan inovasi tersebut kemarin (24/3), bertepatan dengan peringatan Hari TB Sedunia.

”Ini yang pertama di Indonesia. Belum ada produk serupa, uniorisinal,” kata Direktur Registrasi Obat BPOM Lucia Rizka Andalusia.

Indonesia, sebagaimana semua negara di dunia, memang tengah dihembalang pandemi Covid-19. Tapi, jangan pernah memandang sebelah mata TB. Apalagi menganggapnya hanya ”penyakit masa lalu”.

TB masih eksis dan terus mengancam. Sampai sekarang Indonesia berada di peringkat ketiga dunia dalam jumlah kasus TB. Cuma kalah oleh Tiongkok dan India, dua negara dengan jumlah penduduk terbanyak sejagat.

Riset TB Scan yang dimulai sejak 2003 pun, kata Plt Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Batan Muhayatun Santoso, berangkat dari keprihatinan tersebut. ”Riset terkait TB pasti menjadi kebutuhan di Indonesia,” ujarnya dalam telekonferensi langsung dari Bandung kemarin.

Ada dua material utama TB Scan: etambutol yang sejatinya obat TB dan bahan radioaktif TC-99m. Pada tahap awal dilakukan formulasi larutan etambutol dengan zat-zat tambahan berformula khusus.

Hasil larutannya ditempatkan dalam vial atau botol kecil, lalu dilakukan pengeringan beku atau liofilisasi. Hasilnya menjadi serbuk berkelir putih bersih. Botol kemudian ditutup rapat serta dipastikan bebas dari kuman. Sebab, serbuk etambutol tersebut akan diinjeksikan ke pasien TB.

Nah, sebelum diinjeksikan, serbuk etambutol itu dicampur dengan bahan radioaktif TC-99m yang berupa cairan. Setelah tercampur, baru disuntikkan ke pasien.

Dokter kemudian membaca hasilnya dengan bantuan kamera gama. Akan kelihatan konsentrasi etambutol di dalam tubuh pasien. Itu diketahui karena etambutol yang sudah diikat dengan bahan radioaktif TC-99m tersebut memancarkan sinar gama.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X