Gali Potensi Usaha dari Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu, Tanpa Menebang Hasilkan Arang hingga Cuka Kayu

- Kamis, 25 Maret 2021 | 10:13 WIB
POTENSI BISNIS: Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan KPHP Kendilo mempelajari pembuatan arang kayu dan cuka kayu, Rabu (24/3).
POTENSI BISNIS: Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan KPHP Kendilo mempelajari pembuatan arang kayu dan cuka kayu, Rabu (24/3).

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan di Kabupaten Paser, kini memiliki kesempatan mengembangkan budi daya potensi hasil hutan bukan kayu.

 

Selain budi daya madu lebah trigona yang kini sudah menghasilkan seperti madunya dan propolis, kini potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK) berkembang. Di antaranya, minyak atsiri, arang kayu, dan cuka kayu.

Kepala UPTD Dinas Kehutanan Kaltim melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kendilo Muhammad Hijrafie mengatakan, ada 10 KTH binaan KPHP yang tersebar di berbagai desa serta masyarakat usaha umum lainnya, terus diberikan pelatihan agar bisa mengembangkan potensi usahanya. Jika selama ini hanya madu, harus bisa berkembang ke usaha lainnya serta produk turunan hasil hutan bukan kayu (HHBK).

“Hari ini kita langsung praktikkan cara pembuatan langsung arang kayu, cuka kayu, pengolahan propolis mentah, serta praktik penyulingan minyak atsiri,” kata Hijrafie, Kamis (24/3).

Kayu laban yang selama ini banyak terdapat di wilayah Paser dan hanya ditebang percuma, kini bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk jadi arang kayu. Dengan peminjaman alat dari KPHP melalui pola Pewira KTH, diharapkan bisa mengembangkan potensi budi daya usaha baru untuk jadi tambahan penghasilan.

Polanya mengutamakan sistem budi daya tanaman laban di areal hutan laban yang telah tumbuh alami. Tidak menebang pohon utama secara acak. Hanya memanfaatkan dahan dan bekas limbah kayu yang tidak terpakai. “Kita tetap mengutamakan konsep hutan lestari,” tuturnya.

Salah satu anggota KTH, Nyungen Jaya dari Desa Rantau Atas Kecamatan Muara Samu, Ali mengatakan, hasil panen madu kini cukup menjanjikan. Ada 30 liter madu trigona dan beberapa kilogram propolis yang bisa diproduksi tiap bulan. “Alhamdulillah sudah ada bagi hasil untuk tiap anggota kelompok sejak kami mulai awal 2020 lalu,” kata Ali.

Sebelumnya sudah ada pembekalan pembuatan minyak atsiri yang terbuat dari serai wangi. Minyak ini dibutuhkan pabrik untuk membuat berbagai produk. Di antaranya, minyak telon, hand sanitizer, dan parfum. “Konsep multiusaha terus kita dorong kepada KTH dan masyarakat sekitar hutan berbasis HHBK,” lanjutnya.

Agroforestry berbasis budi daya lebah trigona menjadi kombinasi usaha yang bagus karena lebah madu menjadi penanda baik-buruknya ekosistem di sekitar. KPHP Kendilo menginginkan masyarakat di sekitar hutan memiliki kemampuan wirausaha untuk mengembangkan komoditas HHBK, sehingga mengurangi ketergantungan dari hasil usaha kayu. (jib/rdh/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X