UMKM di Kaltim Masih Kesulitan Akses Permodalan

- Selasa, 23 Maret 2021 | 10:16 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Perkembangan UMKM di Kaltim bakal tertahan. Sebab hingga saat ini mereka masih kesulitan mengakses pembiayaan. 77 Persen pelaku usaha memilih menggunakan dana mandiri dalam mengembangkan usaha.

 

SAMARINDA- Bank Indonesia mencatat realisasi kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) UMKM pada triwulan IV 2020 terkontraksi lebih dalam setelah sempat melandai di triwulan III 2020. Pertumbuhan kredit UMKM Kaltim di periode itu terkontraksi sebesar 2,74 persen (year on year/yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,60 persen (yoy).

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, total kredit di Kaltim mengalami pelemahan pada akhir tahun lalu. Kredit UMKM terkontraksi diikuti penurunan pangsa kredit UMKM. Namun kualitas kredit UMKM Kaltim menunjukkan perbaikan. “Kredit UMKM mengalami kontraksi lebih dalam, sehingga kinerja sektor ini belum membaik,” ujarnya, Senin (22/3).

Sejalan dengan itu, pangsa kredit UMKM juga mengalami penurunan pada triwulan IV 2020 menjadi 19,54 persen dari total kredit Kaltim. Sebelumnya, pada triwulan III 2020 memiliki pangsa sebesar 19,74 persen. Kondisi ini tidak baik karena sesuai peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015, rasio kredit UMKM terhadap total portofolio kredit perbankan diwajibkan sebesar 20 persen.

Sedangkan berdasarkan pangsanya, kredit modal kerja (KMK) menjadi penyumbang utama total kredit UMKM Kaltim dengan pangsa 60,04 persen. Pangsa tersebut meningkat dari sebelumnya yang tercatat sebesar 59,36 persen. Sementara itu, kredit investasi UMKM Kaltim triwulan IV 2020 memiliki pangsa 39,96 persen, lebih rendah dari 40,64 persen pada triwulan sebelumnya.

Di samping itu, rasio NPL kredit UMKM menunjukkan perbaikan yang tercatat menurun menjadi 5,61 persen dari 6,94 persen pada triwulan sebelumnya. “Menghadapi kondisi memburuknya kondisi ekonomi khususnya yang berdampak buruk terhadap kondisi bisnis UMKM pada masa pandemi, perlu diatasi dengan melakukan berbagai inovasi terutama untuk meningkatkan kembali kredit atau pembiayaan kepada UMKM yang layak dibiayai,” ungkapnya.

Menurutnya, kondisi UMKM di Kaltim saat ini masih banyak mengalami tantangan, terutama dari akses keuangan atau pembiayaan. Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia terhadap sejumlah UMKM di Kaltim, sebagian besar responden UMKM di Kaltim masih belum mendapatkan akses pembiayaan dari lembaga keuangan.

Sebagian besar UMKM dengan pangsa sebesar 77 persen masih menggunakan sumber pembiayaan mandiri. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan UMKM dalam hal kelembagaan, kurangnya kapasitas SDM dan usaha, serta belum memenuhi syarat untuk mendapatkan pembiayaan.

“UMKM akan sulit maju jika tidak ada pembiayaan dari lembaga keuangan. Kalau mau naik kelas, mereka tidak akan terus mampu membiayai sendiri, sehingga perlu kemudahan akses keuangan untuk UMKM pada jasa keuangan,” tuturnya.

Tentu akses keuangan, tambah Tutuk, memang tidak gampang bagi UMKM. BI memberikan tiga area pengembangan untuk UMKM, yakni korporasi untuk penguatan kelembagaan. Lalu peningkatan kapasitas, pelatihan dan lain-lainnya. Terakhir kemudahan akses pembiayaan. Tanpa ada pembiayaan akan sulit naik kelas, bisa namun terbatas.

“UMKM saya harap bisa meningkatkan kapasitasnya lewat pelatihan, sehingga bisa melakukan akses keuangan dengan memenuhi syarat untuk mendapatkan pembiayaan,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X