Penyaluran Kredit Triwulan II Lebih Stabil

- Senin, 22 Maret 2021 | 10:12 WIB

JAKARTA– Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan pembiayaan relatif stabil dalam tiga bulan mendatang. Khususnya kebutuhan yang berasal dari korporasi. Sementara itu, laju kredit rumah tangga masih akan tertahan.

Optimisme itu terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) kebutuhan pembiayaan korporasi tiga bulan mendatang yang mencapai 26,5 persen. Kebutuhan pembiayaan naik pada sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Juga pada sektor perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta sektor pertambangan dan penggalian.

”Sebagian besar digunakan untuk mendukung aktivitas operasional, pemulihan permintaan domestik pasca penerapan new normal, dan pembayaran kewajiban jatuh tempo,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono pada Sabtu (20/3).

Di sisi lain, pembiayaan rumah tangga masih akan terbatas. Hasil survei permintaan pembiayaan rumah tangga pada Februari lalu menunjukkan bahwa hanya 1,9 persen responden yang berencana menambah kredit. Khususnya dalam jangka waktu tiga bulan mendatang. Angka tersebut lebih rendah daripada bulan sebelumnya yang tercatat 2,4 persen.

”Pengajuan pembiayaan oleh rumah tangga lebih banyak ke bank umum. Mayoritas jenis pembiayaan yang diajukan berupa kredit multiguna,” terang Erwin.

Dari sisi penawaran perbankan, lanjut dia, penyaluran kredit baru akan terlihat tumbuh positif pada laporan triwulan I tahun ini. Itu tecermin dari SBT perkiraan penyaluran kredit baru yang sebesar 59,4 persen. Pertumbuhan triwulanan akan terjadi pada semua kategori bank dan jenis kredit.

Sementara itu, sejumlah perbankan optimistis penyaluran kredit tumbuh positif. Terutama kredit pemilikan rumah (KPR) karena suku bunga dasar kredit (SBDK) yang mulai turun.

Mortgage and Secured Loan Business Head CIMB Niaga Heintje Mogi menuturkan bahwa pencairan KPR perseroan pada awal 2021 mencapai Rp 1,4 triliun. Itu melanjutkan tren positif penyaluran KPR CIMB Niaga yang mencapai 5,9 persen year-on-year (YoY) pada akhir tahun lalu.

Ada dua indikator yang mendorong keyakinan Heintje. Yakni, penjualan properti baru dan second yang mulai meningkat serta stimulus uang muka nol persen dan pembebasan PPN (pajak pertambahan nilai).

Terpisah, Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Vera Eve Lim mengaku telah memangkas tingkat SBDK hingga single-digit per 15 Maret lalu. Kredit ritel turun 25 basis poin (bps) dan kredit konsumsi turun 125 bps. Penurunan tersebut sejalan dengan pergerakan tingkat bunga acuan.

”Kami mendukung stabilitas sistem keuangan melalui penyesuaian suku bunga dengan kondisi pasar, arah suku bunga acuan, dan situasi ekonomi terkini,” tandasnya. (han/c12/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X