Tak Banyak Pelaku Budidaya Patin, Katanya Masa Panen Terlalu Lama

- Senin, 15 Maret 2021 | 09:28 WIB
PENUH PERTIMBANGAN: Manggala Mursalim memberi makan patin di pemancingan Az Zahra, Balikpapan Utara. Minimnya peminat budi daya patin karena masa panen cenderung lama. FUAD MUHAMAD/KP
PENUH PERTIMBANGAN: Manggala Mursalim memberi makan patin di pemancingan Az Zahra, Balikpapan Utara. Minimnya peminat budi daya patin karena masa panen cenderung lama. FUAD MUHAMAD/KP

Tak banyak pelaku usaha budi daya ikan patin secara besar di Kaltim. Banyak faktor. Mulai harga bibit yang mahal hingga masa panen yang terlalu panjang. Pun pasar yang saat ini masih didominasi dari daerah lain.

Manggala Mursalim, pengelola dan pembudi daya ikan patin pemancingan Az Zahra di Balikpapan Utara menyebut, pasar ikan patin di Kaltim sejak awal hingga kini masih dipasok dari Banjarmasin, Kalsel.

“Setiap hari mobil-mobil pikap mengangkut patin dari Kalsel memasok khususnya di Balikpapan dan Samarinda,” ucap Manggala, Jumat (12/3).

Ini disebut Manggala karena Kalsel atau Banjarmasin khususnya, yang dijuluki kota dengan seribu sungai memiliki pasokan air yang melimpah. Hal ini membantu budi daya patin secara besar-besaran. Termasuk dalam hal pembibitan.

“Patin merupakan ikan yang harus dibudi daya di wilayah yang melimpah sumber airnya,” katanya.

Ini yang menyebabkan tak banyak petani di sektor perikanan darat di Kaltim yang mempertimbangkan budi daya patin. Manggala mencontohkan. Seorang petani minimal harus memiliki seperempat hektare tambak dengan kedalaman minimal 1,5 meter untuk menghasilkan 15 ton patin.

“Bibitnya pun mahal. Untuk ukuran setengah kelingking atau sekitar 2 cm, harganya bisa Rp 300. Beda dengan bibit lele. Ukuran yang sama hanya Rp 80,” jelasnya.

Meski harga bibit mahal, tak banyak pula petani yang melakukan usaha pemijahan patin. Sebab, bibit ikan patin disebut paling rentan mati hingga memasuki ukuran jempol tangan orang dewasa. Ini karena patin sangat sensitif terhadap perubahan pH air.

“pH harus dijaga antara 6–8,” ucapnya.

Karena jika pH terlalu rendah, alias asam, akan membunuh telur ikan. Sementara jika pH terlalu tinggi alias basa, ikan dewasa pun akan stres dan tidak mau makan.

“Kadar pH yang rendah juga bisa membuat patin dewasa mudah mati. Jadi, kalau mau dipilih lebih baik basa, daripada asam,” ujarnya.

Namun, dalam banyak kasus di Balikpapan, air di kolam biasanya cenderung lebih mudah asam. Faktor utama adalah kemarau. Mengakibatkan penyusutan volume air di dalam kolam. Petani pun harus segera menambahkan air jika tidak ingin patin mereka mati.

“Terlambat saja membiarkan pH kurang dari 6 maka risikonya besar. Untuk patin dewasa memang tidak akan terlihat hari itu juga. Tapi seminggu kemudian baru mereka mati,” jelasnya,

Untuk mendapatkan bibit, saat ini petani di Kaltim seperti Balikpapan mengandalkan pasokan dari Banjarmasin dan Bogor, Jawa Barat. Sebab, meski ada beberapa petani yang melakukan pemijahan, jumlahnya sedikit.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X