Kenaikan Harga Kelapa Sawit Bisa Jadi Pelicin Pemulihan Ekonomi Kaltim

- Selasa, 9 Maret 2021 | 11:55 WIB
KENAIKAN harga kelapa sawit diharapkan bisa mempercepat pemulihan ekonomi di Kaltim. Sebab, komoditas ini telah menjadi andalan ekspor Kaltim dan banyak dikembangkan petani di berbagai wilayah.
KENAIKAN harga kelapa sawit diharapkan bisa mempercepat pemulihan ekonomi di Kaltim. Sebab, komoditas ini telah menjadi andalan ekspor Kaltim dan banyak dikembangkan petani di berbagai wilayah.

KENAIKAN harga kelapa sawit diharapkan bisa mempercepat pemulihan ekonomi di Kaltim. Sebab, komoditas ini telah menjadi andalan ekspor Kaltim dan banyak dikembangkan petani di berbagai wilayah.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit terus mengalami perbaikan. Bahkan pada Februari lalu harganya mencapai Rp 1.939 per kilogram. Harga tersebut tertinggi sejak 2020. Perbaikan harga TBS disebabkan perbaikan harga CPO, yang digunakan sebagai salah satu unsur penentu harga TBS.

Sayang, hingga saat ini produk hilir kelapa sawit di Kaltim masih minim dan mengandalkan ekspor CPO. Padahal harga produk hulu relatif berfluktuasi dan berisiko ketika kondisi global melemah atau turun. “Jenis produk berbasis CPO di Kaltim relatif sedikit. Faktor value chain global dan nasional, ketersediaan mothervessel dan jalur ekspor, serta infrastruktur menjadi penentu hilirisasi,” ujarnya, Senin (8/3).

Sebenarnya, tambah Tutuk, ada beberapa produk hilirisasi yang bisa dikembangkan di Kaltim. Seperti, biodiesel, gliserol, ethylene glycol, asam stearat/palmitat, asam lemak, lemak nabati non-makanan, bahan kimia pewangi, bahan kimia kosmetik, bahan sabun, dan surfaktan.

Pemerintah juga sudah menyadari harga komoditas mentah berfluktuasi, bergantung banyak hal. Bisa dari permintaan, produksi dan lainnya. Oleh karena itu, mereka tengah menggenjot hadirnya industri hilirisasi. “Saat ini, Kaltim memiliki beberapa kawasan yang diharapkan mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Namun, masih ada kendala seperti infrastruktur menuju kawasan,” jelasnya.

Menurutnya, produk hilirisasi CPO berpotensi dikembangkan lebih jauh, sehingga mendorong terintegrasinya industri pengolahan lanjutan berbasis CPO di satu kawasan. Kaltim sudah punya beberapa kawasan industri yang seharusnya bisa berkembang. Namun, terdapat tantangan dalam pengembangan kawasan tersebut.

Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan contohnya, masih menghadapi sejumlah kendala terutama pada bidang infrastruktur. “Ke depan, upaya yang perlu dilakukan adalah penguatan kapasitas melalui dukungan pembiayaan swasta dan insentif serta badan pendukung dari pemerintah pusat,” ungkapnya.

Seharusnya dengan adanya kawasan industri, Kaltim sudah memiliki diversifikasi sektor usaha. Intinya, meningkatkan nilai tambah bagi seluruh komoditas Kaltim yang selama ini dijual mentah. Nilai tambah terhadap produk-produk di Bumi Etam harus ditumbuhkan, investasi harus diarahkan ke sana. Jika harga CPO lebih stabil dengan hilirisasi, maka pemulihan ekonomi juga semakin cepat.

“Pemulihan ekonomi Kaltim sangat bergantung pada harga komoditas unggulannya, sehingga perlu diversifikasi produk agar harganya lebih stabil. Sehingga pemulihannya bisa lebih cepat,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

 

Pergerakan Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kaltim

Bulan Harga TBS (Rp/Kg)

Januari 2020 1.787

Februari 1.768

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X