Sebelas Tahun Kemudian, Tak Disangka Akan Terhubung Ibu Kota Negara

- Sabtu, 6 Maret 2021 | 21:00 WIB

Jika pembangunan tol tidak dilakukan, infrastruktur di Pulau Kalimantan semakin jauh tertinggal. Investor menyadari, jika lalu lintas harian jadi acuan, tol sulit terealisasi di provinsi ini.

 

DI BAWAH rinai, bunyi sirene meraung 10 detik di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Rabu 17 Desember 2019 sekira pukul 14.00 Wita. Mata dan sorot kamera mengarah ke panggung beralas karpet merah. Di atasnya, 12 orang berbaris. Satu perempuan, 11 laki-laki. Sembilan memakai helm proyek berkelir putih, satu menggunakan peci hitam, satu dengan topi, dan satunya lagi mengenakan kerudung.

Di antara sembilan orang yang memakai helm itu, ada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kepala negara hadir mengenakan kemeja putih, celana kain hitam dan sneakers hitam kombinasi putih. Hari itu, di depan pintu tol Samboja yang berjarak sekira 38 kilometer dari Kota Balikpapan, Jokowi datang meresmikan Seksi 2, Seksi 3, dan Seksi 4 Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) yang rampung dibangun. Momen itu menjadi detik-detik bersejarah. Tak hanya Kaltim, tapi juga Pulau Kalimantan.

Borneo akhirnya punya jalan tol setelah 74 tahun Indonesia merdeka. Tiga seksi tol yang siap dilintasi itu panjangnya 66 kilometer. Memangkas waktu perjalanan dari Samboja menuju Samarinda atau sebaliknya. Dari semula 2–3 jam, jadi satu jam. “Ini adalah jalan tol yang pertama di Pulau Kalimantan. Kita harapkan kecepatan, efisiensi, mobilitas barang dan orang, betul-betul bisa kita dapatkan,” kata Jokowi mengawali sambutannya. Mantan wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta itu melanjutkan, jalan bebas hambatan ini akan memperlancar konektivitas antara dua pusat pertumbuhan di Kaltim. Kota Samarinda dan Kota Balikpapan akan saling melengkapi.

“Kami harapkan jalan tol ini menjadi nilai plus. Tersambungnya dua bandara. Bandara APT Pranoto di Samarinda dan Bandara Sepinggan di Balikpapan,” ucap Jokowi. Presiden berharap, Tol Balsam memacu pengembangan kawasan produksi di Kaltim. Seperti industri kelapa sawit, komoditas batu bara, minyak, gas dan sektor pertanian yang terhubung langsung dengan kawasan distribusi. Poin ketiga yang tidak kalah penting, Tol Balsam mempercepat akses menuju kawasan inti ibu kota negara baru di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Adapun jarak kawasan inti ibu kota negara baru dan Gerbang Tol Samboja sekitar 45 kilometer.

Siapa sangka, keputusan presiden memilih Kaltim sebagai ibu kota negara baru menggantikan DKI Jakarta turut melegitimasi Tol Balsam. “Saya minta, jalan menuju ke kawasan ibu kota sudah mulai disiapkan dan betul-betul tersambung dari jalan Tol Balsam ke kawasan ibu kota,” tutur presiden kala itu. Usai memberikan sambutan, orang nomor satu di republik ini menjajal tol yang baru diresmikan bersama rombongan terbatas. Di antaranya, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Suharso Monoarfa, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Juga hadir Dirut Jasa Marga Desi Arryani.

Pejabat daerah turut menemani. Ada Gubernur Kaltim Isran Noor, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, Ketua DPRD Kaltim Makmur HAPK, dan Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah. Saat beberapa undangan menjajal tol, ada satu sosok yang mencuri perhatian. Dialah Awang Faroek Ishak. Mantan gubernur Kaltim periode 2008–2018. Saat presiden di atas panggung bersama 12 orang lainnya, pemrakarsa Tol Balsam itu duduk di kursi roda. Di sebelah kiri panggung bersama para undangan. Awang Faroek cukup emosional kala itu.

Bukan karena dia tidak berada di atas panggung saat detik-detik peresmian. Walau sebenarnya, sebelum ke atas panggung, presiden berjalan menghampiri lalu menjabat tangan Awang Faroek. Momen itu terekam sekitar 13 detik. Awang Faroek emosional karena mengenang pergulatan dalam menggolkan pembangunan Tol Balsam. Pada 2008, periode pertama Awang Faroek menjabat gubernur Kaltim, Tol Balsam mulai dicetuskan. Seketika rencana itu disambut pro-kontra.

Jadi headline media massa di Kaltim. Diulas berhari-hari. Para pegiat lingkungan, ekonom, akademisi, hingga anggota dewan ikut memberikan respons. Ada yang mendukung, ada pula yang mencibir. Yang mendebat berargumen; jalan tol ini tidak layak secara ekonomi dan finansial. Lalu lintas kendaraan tidak seramai di Pulau Jawa. Susah balik modalnya. Apalagi pembangunannya menggunakan APBD. Kemudian, Jalan Soekarno-Hatta, yang selama ini menghubungkan Samarinda-Balikpapan, masih bagus dan belum padat.

Belum lagi proyek Tol Balsam menebas Taman Hutan Raya (Tahura) Bukti Soeharto. Juga Hutan Lindung Sungai Manggar (HLSM). Hingga trase melintasi tambang batu bara. Karena itu status lahan sangat kompleks. Urusannya akan ruwet dan menjelimet. "Ini proyek masa depan untuk anak cucu kita. Kita harus melihat jauh ke depan". Demikian kalimat yang sering diungkapkan Awang Faroek untuk meredam suara sumbang pembangunan Tol Balsam. Sebelas tahun kemudian, tol tersebut diresmikan.

“Dengan suka duka yang ada selama ini, kita berhasil dan lolos. Saya juga merasakan perjuangannya. Begitu penlok (penetapan lokasi) ditetapkan, melalui tahura (Tahura Bukit Soeharto) sempat mendapat pertentangan,” ungkapnya kepada Kaltim Post usai peresmian di pintu tol Samboja, dua tahun lalu. Diresmikannya Seksi 2, Seksi 3, dan Seksi 4 Tol Balsam sepanjang 66 kilometer dua tahun lalu, menggenapi pengoperasian 1.162 kilometer jalan tol oleh PT Jasa Marga (Persero) di akhir 2019.

Sejak berdiri pada 1978, baru pada 2019, atau butuh waktu 41 tahun agar PT Jasa Marga (Persero) menancapkan benderanya di Kalimantan.  Untuk mengelola Tol Balsam yang memiliki panjang 97,99 kilometer, BUMN ini membentuk PT Jasamarga Balikpapan Samarinda (JBS). Perusahaan ini dinakhodai STH Saragi sebagai direktur utama. Seperti tol lainnya di Pulau Jawa, Tol Balsam juga mengaplikasikan sistem pembayaran nontunai. Ada enam bank, termasuk bank milik Pemprov Kaltim yang bekerja sama dengan Jasa Marga Toll Road Operation (JMTO) sebagai penyedia kartu uang elektronik.

Pembayaran elektronik ini meningkatkan efisiensi waktu para pengguna jalan tol. Pengguna e-Toll hanya membutuhkan waktu sekitar 4–5 detik untuk bertransaksi di gerbang tol. Adapun tarif yang ditetapkan Kementerian PUPR pada Mei 2020, pengguna Tol Balsam di Seksi 2, Seksi 3 dan Seksi 4, dikenai tarif Rp 1.200 per kilometernya. Sementara itu, akhir Januari 2021, Jasa Marga meresmikan dua masjid di kompleks rest area tipe A Tol Balsam. Yakni Masjid Al Muhajirin yang berlokasi di rest area Km 36 A, ruas Balikpapan-Samarinda. Kemudian, Masjid At Taqwa di rest area Km 36 B, ruas Samarinda-Balikpapan. Masjid ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kenyamanan dan kekhusyukan pengguna jalan dalam beribadah di tengah perjalanan. Selaku operator, PT JBS juga menyiapkan fasilitas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Di kompleks rest area, didirikan tenant-tenant makanan yang memfasilitasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X