SAMARINDA–Beberapa program kegiatan fisik tengah disiapkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda dalam rangka memenuhi ekspektasi Wali Kota Samarinda Andi Harun dan Wakil Wali Kota Rusmadi, dalam program kerja 100 hari pada sektor pengendalian banjir.
Dua titik yang jadi fokus, yakni simpang Sempaja dan Jalan DI Panjaitan akan mendapat sentuhan pekerjaan konstruksi, hingga normalisasi demi mengurangi dampak genangan di sana.
Tahun ini, simpang Sempaja akan ada beberapa kegiatan. Seperti pembangunan sungai kecil sebagai pendukung kolam retensi di Kompleks GOR Sempaja, pembangunan drainase Jalan Wahid Hasyim II menyambung dengan Jalan PM Noor, normalisasi drainase sisi kiri Jalan PM Noor, dan rehabilitasi drainase Jalan AW Sjahranie.
Sedangkan pada Jalan DI Panjaitan, rencana tim swakelola akan menormalisasi drainase tepat di simpang dekat Terminal Lempake dan menyelesaikan masalah bottleneck (kemacetan) di simpang Jalan Mugirejo.
“Saat ini, masih dalam persiapan lelang,” kata Desy Damayanti, kabid Pembangunan Jaringan Sumber Air (PJSA) Dinas PUPR Samarinda, Jumat (5/3).
Terkait dengan keberadaan pipa jaringan air dan fiber optic (FO) yang kondisinya semrawut di keempat sisi simpang Sempaja, Desy mengaku sedang proses perencanaan kegiatan. “Nanti kami koordinasikan,” singkatnya.
Sebelumnya atas permasalahan banjir di Jalan DI Panjaitan, Bidang Sumber Daya Air (SDA) Kaltim menggelontorkan anggaran Rp 7,8 miliar untuk melanjutkan kembali pembangunan fisik drainase dari simpang Alaya ke simpang Mugirejo.
Pada tahun lalu jalur sepanjang 1,1 km itu, baru dikerjakan sekitar 740 meter. Selain fisik pembayaran ganti rugi atas pembebasan lahan di sana juga akan lanjutkan tahun ini dengan anggaran Rp 10 miliar untuk kegiatan tersebut se-Samarinda.
Sedangkan di kawasan simpang empat Sempaja, Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV sudah membangun kolam retensi dengan daya tampung 18.974 meter kubik dengan alokasi anggaran sekitar Rp 16 miliar.
Konsultan Masterplan Banjir Samarinda Eko Wahyudi menuturkan, masalah di simpang Sempaja akibat batalnya pembangunan bendungan pengendali (bendali) di kawasan Batu Cermin pada 2005. Keberadaan untuk mengontrol arah limpasan air akibat pembukaan lahan di kawasan itu.
“Tanpa adanya bendali, butuh waktu lama untuk mengurangi banjir di simpang Sempaja. Namun bisa dikurangi dengan normalisasi drainase Jalan AW Sjahranie dan menyambung drainase Jalan Wahid Hasyim II dengan Jalan PM Noor sisi kiri,” ucapnya, beberapa waktu lalu.
Sedangkan di Jalan DI Panjaitan, limpasan air berasal dari pembukaan lahan pertambangan di atas Perumahan Talang Sari. Juga limpasan air di persimpangan Jalan Mugirejo yang terhalang tiang gapura yang hampir menutup drainase, sehingga perlu dilakukan konstruksi ulang.
“Di sisi hilir normalisasi sungai Talang Sari juga penting karena banyak tiang-tiang rumah warga berdiri di atas sungai. Serta menyambung kan drainase sisi kanan dari simpang Jalan Mugirejo hingga ke crossing drainase depan Masjid Babul Hafazah dan normalisasi sungai mati,” tutupnya. (dns/kri/k8)