PROKAL.CO,
Dua titik kawasan langganan banjir yang jadi prioritas penanganan dalam program kerja 100 hari Wali Kota Samarinda Andi Harun dan wakilnya Rusmadi Wongso, rupanya merupakan titik terparah. Masalah mendera dari hulu hingga hilir. Target 100 hari dirasa masih kurang panjang menyelesaikan dampak di kawasan DI Panjaitan dan simpang Sempaja.
SAMARINDA–Terhadap permasalahan tersebut, konsultan masterplan banjir Samarinda Eko Wahyudi menjelaskan, dimulai dari Jalan DI Panjaitan. Limpasan air yang berasal dari kawasan eks tambang di atas perumahan Talang Sari Regency (TSR), tidak bisa mengalir dengan baik menuju drainase dan anak sungai perumahan tersebut.
"Masalahnya di simpang Lempake, drainase yang ada terhambat pembangunan jembatan di atas parit rumah warga. Sedimentasi drainase juga tinggi karena jarang dipelihara," ujarnya, (4/3).
Selanjutnya, air terbagi dua jalur di simpang Jalan Mugirejo, menuju ke drainase Jalan DI Panjaitan dan sungai di Perumahan TSR. Begitu juga limpasan air dari Jalan Mugirejo juga cukup tinggi namun terhalang tiang gapura air mengalir tidak lancar. "Sebetulnya bebannya bisa berkurang jika drainase DI Panjaitan bisa mulus, tetapi tahun lalu pekerjaan belum tuntas, baru dilanjutkan tahun ini," ucapannya.
Namun, jika drainase sisi kanan menuju terminal Lempake itu mulus, masalah lain ada di kawasan Simpang Alaya ke depan Masjid Babul Hafazah. Karena masih ada lahan masyarakat yang perlu dibebaskan untuk mengembalikan fungsi drainase. Hulunya yakni sungai mati bisa dinormalisasikan. "Di sisi kiri beban aliran air ada di sungai Perumahan TSR. Di sini masalah lebih pelik, ada satu bidang tanah yang di atasnya ditutup untuk akses jalan pemilik tanah. Di hilirnya puluhan rumah warga berdiri di atas sungai menyebabkan penyempitan," ucapnya.