Meski Sudah Minta Maaf, Dianggap Tak Tunjukkan Iktikad Baik

- Jumat, 5 Maret 2021 | 11:56 WIB
Cover buku Kumcer.
Cover buku Kumcer.

Rahmat Sutandya Yudhanto tidak hanya menjiplak karya-karya orang lain untuk dimasukkan ke kumpulan cerpennya. Dia juga mencatut nama penerbit. Sempat ada rencana melaporkan kasus itu ke polisi.

 

KHAFIDLUL ULUM, Serang, Jawa Pos

 

BACALAH paragraf yang ditulis Rahmat Sutandya Yudhanto alias R. Sutandya Yudha Khaidar di akun Facebook pribadinya pada 13 Mei 2020 pukul 09.17 dengan judul Kitab yang Tak Suci:

”Sebuah kitab yang hilang dari catatan para sejarawan terkemuka Kerajaan Sriwijaya. Yang gagal ditemukan Gillespie, sekalipun dia telah bersusah payah menerapkan politik ’Divide et Impera’-nya di Pulau Bangka. Yang bersampul dua puluh empat warna. Yang beratnya harus diangkut seekor kerbau. Sebuah kitab yang ingin kucatat ulang jika Tuhan menghendaki, dan hatiku tergerak untuk membocorkan sedikit isinya di sini.”

Dan, sekarang bandingkan dengan paragraf pembuka cerpen Ida Fitri, Kitab Tipu Muslihat, yang dimuat sebuah media nasional pada 25 November 2018. Ida mengunggahnya kembali pada 14 Februari lalu setelah seorang teman penulis mengirimkan tangkapan layar status Yudha:

”Yang hilang dari catatan sejarawan terkemuka Kutaraja yang gagal ditemukan Snouck Hurgronje –meskipun dia telah bersusah payah untuk menyaru di dayah-dayah dengan menggunakan nama Abdul Ghaffar– yang bersampul dua puluh empat yang beratnya harus diangkat seekor kerbau, sebuah kitab yang ingin kucatat ulang jika Tuhan menghendaki, dan hatiku tergerak untuk membocorkan sedikit isinya di sini.”

Kentara sekali jejak plagiasi yang dilakukan Yudha, bukan? Itulah yang ditemukan tim Gong Publishing, Serang: ke-22 cerpen di dalam draf kumpulan cerpen (kumcer) yang diserahkan Yudha ke mereka hasil jiplakan semua. Dan, begitu ketahuan, penerbit dengan sastrawan Gol A Gong sebagai direktur itu pun batal menerbitkannya.

Karena itu, Gong Publishing kaget ketika di cover buku yang diunggah Yudha berbarengan dengan status di atas ada logo Buku Mojok.

Manajer Gong Publishing Abdul Salam pun menghubungi temannya yang bekerja di penerbit yang berbasis di Jogjakarta itu. ”Saya lega ketika mendengar bahwa Mojok tidak pernah menerima naskah dari Yudha. Jadi, Yudha sendiri yang menempatkan logo itu di cover, seolah-olah Mojok yang akan menerbitkan,” kata Salam ketika ditemui Jawa Pos di Rumah Dunia, Serang, Jumat dua pekan lalu (19/2).

Gol A Gong yang juga pendiri Rumah Dunia pun mendapat banyak pesan singkat dari sejumlah sastrawan terkait persoalan itu. Sebab, cover buku yang diunggah Yudha mencantumkan ISBN Gong Publishing. ”Itu kesalahan kami karena kami belum membatalkan ISBN,” terang dia.

Terkait cover, Gong mengatakan, seperti penyusunan buku yang biasa dilakukan, penerbit selalu menunjukkan cover kepada penulisnya sebelum pencetakan. Pihaknya melakukan hal yang sama kepada Yudha.

Pihak Mojok juga langsung merespons pencatutan nama mereka. Apalagi, menurut Pemred Mojok Prima Sulistya, ada dua pencatutan yang dilakukan Yudha.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X