Perbankan Kompak Turunkan Bunga Kredit

- Jumat, 5 Maret 2021 | 11:13 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Perbankan mulai merespons permintaan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga kredit. Setelah BRI dan BNI mengamini permintaan itu, kini giliran Bank Mandiri yang juga menurunkan SBDK. Keputusan tersebut untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional (PEN).

BALIKPAPAN - Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pihaknya memutuskan untuk menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) di seluruh segmen pada kisaran 25-250 bps. Inisiatif tersebut diharapkan menjadi stimulan efektif bagi masyarakat. Khususnya pelaku usaha untuk meningkatkan pembiayaan baru.

“SBDK menjadi acuan suku bunga kredit kepada debitur. Namun, yang dikenakan ke debitur akan berbeda-beda bergantung tingkat risiko kredit masing-masing,” jelasnya seperti dikutip Jawapos.com, Kamis (4/3).

Langkah penurunan ini merupakan kelanjutan yang telah dilakukan tahun lalu. Sepanjang 2020, Bank Mandiri telah menurunkan SBDK sebanyak tujuh kali dengan total penurunan sebesar 10 hingga 600 bps. Mengingat, saat ini suku bunga acuan Bank Indonesia 7 day (reverse) repo rate (BI7DRR) berada di level terendahnya, yakni 3,5 persen.

PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga telah menurunkan SBDK per 28 Februari lalu untuk seluruh segmen. Baik korporasi, ritel, mikro, kredit pemilikan rumah (KPR), dan konsumsi non-KPR. Suku bunga kredit yang diturunkan berkisar 150 – 325 basis poin (bps). Bahkan, khusus restrukturisasi keringanan suku bunga, BRI menurunkan antara 300 sampai 500 bps.

Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, selain tren suku bunga acuan yang terus menurun, penurunan SBDK BRI dilakukan lantaran menurunnya beban biaya dana (cost of fund). Di sisi lain, adanya efisiensi perbankan dengan berbagai inisiatif digital yang terus dilakukan. Meski demikian, perubahan suku bunga kredit bukan menjadi satu-satunya variabel penentu besar-kecilnya permintaan pembiayaan.

Melalui model ekonometrika, BRI melakukan riset ke industri bisnis mikro, kecil, menengah, dan ritel. Hasilnya, ada lima indikator yang memengaruhi pertumbuhan kredit. Yakni, konsumsi rumah tangga, daya beli masyarakat, suku bunga, risiko kredit macet (non-performing loan/NPL), dan penjualan eceran.

“Variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi menggenjot kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat,” tegas Sunarso. Artinya, tumbuhnya dua variabel tersebut yang justru akan mendorong permintaan kredit.

Untuk mendongkrak naik dua variabel konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat dibutuhkan stimulus pemerintah. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang prioritas. Karena mereka yang langsung terdampak. Apalagi, sektor tersebut menyumbang 60,34 persen perekonomian nasional.

Hal yang sama juga dilakukan PT Bank Negara Indonesia (BNI). Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyebut, memangkas suku bunga kredit bertujuan untuk merangsang percepatan pertumbuhan kredit tahun ini. Sebab, kredit berkaitan erat dengan pertumbuhan permintaan domestik. Artinya, penting bagi perbankan untuk turut meyakinkan masyarakat terhadap perekonomian.

“Tentu kami memperhitungkan komponen estimasi premi risiko yang besarnya bergantung penilaian bank terhadap risiko pada masing-masing debitur atau kelompok debitur,” terangnya.

Selanjutnya, pihaknya tentu akan melakukan review suku bunga secara berkala. Salah satu strateginya, lanjut Royke, yakni berupaya menekan cost of fund. Sehingga suku bunga kredit juga bisa lebih rendah mengikuti tren penurunan suku bunga acuan.

Meski, dia mengakui, ketidakpastian ekonomi di 2021 masih cukup tinggi. BNI tetap mengedepankan pertumbuhan kredit yang berkualitas. Mengidentifikasi sektor yang tepat untuk ekspansi kredit dan melakukan asesmen secara komprehensif.

Pada awal 2021, kinerja penyaluran kredit di Kaltim masih memiliki risiko yang stabil. Non-performing loan (NPL) Kaltim masih di bawah threshold (batas maksimum) 5 persen. Sayangnya, penyaluran kredit masih mengalami kontraksi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB

Pemprov Kaltara Tawarkan 17 IPRO ke Amerika

Selasa, 26 Maret 2024 | 09:30 WIB
X