10 Demonstran Myanmar Tertembus Timah Panas

- Kamis, 4 Maret 2021 | 10:47 WIB
Demo di Myanmar
Demo di Myanmar

HONGKONG- Tak manusiawi. Itulah yang dirasakan mantan legislator Hongkong Fernando Cheung atas perlakuan pemerintah. Dia dan 46 aktivis lainnya ditangkap Minggu (28/3). Sejak itu, mereka tidak diperbolehkan mandi, ganti baju, dan hanya bisa tidur sejenak. Mereka baru diizinkan mandi Selasa malam (2/3).

Para aktivis demokrasi itu kemarin (3/3) harus menjalani sidang dengar pendapat untuk bebas dengan jaminan. Sidang digelar secara maraton selama tiga hari berturut-turut. Mereka dijerat dengan dakwaan berkonspirasi melakukan subversi. Yaitu, gerakan yang berusaha atau berencana menjatuhkan kekuasaan yang sah dengan cara di luar hukum.

’’Saya rasa ini akan menjadi kasus subversi terbanyak sejak 1989,’’ ujar profesor bidang hukum Tiongkok di University of Sydney Bing Ling. Dia merujuk pada tragedi di Tiananmen. Saat itu, banyak aktivis mahasiswa yang ditangkap dan dipenjara.

Agence France-Presse mengungkapkan bahwa para aktivis Hongkong itu berasal dari berbagai kalangan. Mulai mantan legislator prodemokrasi, akademisi, pengacara, pekerja sosial, hingga para pemuda. Pengadilan berjuang menyelesaikan kasus tersebut secepatnya. Mereka kewalahan karena begitu banyak orang yang ditangkap dalam waktu bersamaan.

Undang-undang keamanan nasional yang berlaku saat ini juga memiliki aturan baru. Dulu, bebas dengan jaminan bisa diberikan dengan mudah untuk kejahatan tanpa kekerasan. Tapi, pasal itu kini sudah dihapus. Terdakwa bisa bebas dengan jaminan jika bisa meyakinkan pengadilan bahwa mereka tidak akan menimbulkan risiko keamanan nasional dalam bentuk apa pun.

Sejauh ini para aktivis yang dituduh melakukan kejahatan nasional berakhir dengan ditahan. Padahal, mereka sudah menyetujui opsi yang diinginkan penguasa. Misalnya, dengan tahanan rumah dan tidak membuat pernyataan publik. Namun, jaksa penuntut meminta pengadilan menahan para aktivis setidaknya selama tiga bulan. Tujuannya, polisi punya waktu lebih untuk menguatkan bukti-bukti kasus mereka.

Karena itulah, pengacara yang diterjunkan untuk membela masing-masing terdakwa tersebut menghabiskan tiga hari terakhir di pengadilan. Mereka berdebat hingga larut malam. ’’Saya rasa yang terjadi saat ini adalah hal paling tidak memuaskan, baik itu untuk perlakuan kepada para terdakwa maupun efisiensi proses hukumnya,’’ ujar pakar sistem hukum di University of Hong Kong Simon Young.

Pada saat bersamaan, seorang remaja 16 tahun mengaku bersalah atas keterlibatannya dalam aksi prodemokrasi pada 2019. Dia menjadi terdakwa termuda atas insiden tersebut. Saat ditangkap, usianya masih 14 tahun. Remaja yang tidak boleh disebutkan namanya karena aturan umur itu mengaku melemparkan bom molotov ke arah polisi.

Hakim menerima usulan dari layanan pemasyarakatan untuk mengirim remaja tersebut ke pusat detensi. Itu adalah penjara alternatif untuk tahanan remaja. Masa hukumannya minimal satu bulan dan maksimal enam bulan. Lebih dari 10 ribu orang telah ditahan terkait aksi besar-besaran 2019. Sekitar 40 persen di antaranya adalah pelajar dan mahasiswa.

Sementara itu, situasi di Myanmar kian buruk. Hampir semua wilayah seperti medan perang. Junta militer tak segan membombardir demonstran dengan gas air mata, peluru karet, dan timah panas. Setidaknya 10 orang tewas kemarin. Tujuh orang di antaranya meninggal dalam aksi di Monywa. Beberapa petugas medis melihat dua orang diseret oleh pasukan keamanan.

Di Mandalay, dua demonstran dilaporkan kehilangan nyawa. Salah seorang korban masih berusia 19 tahun. Dia ditembak di kepala. Situasi serupa terjadi di Hpakant, Kachin. Belasan demonstran luka-luka. Dua di antaranya kritis. Satu tertembak di dada, satu lagi di leher. Di Yangon, massa meletakkan foto-foto petinggi militer Min Aung Hlaing di jalan. Itu dilakukan untuk memperlambat pasukan keamanan. Sebab, mereka tidak akan berani menginjak foto komandannya.

Sementara itu, junta militer menjerat enam jurnalis dengan dakwaan menyebabkan ketakutan, menyebarkan berita palsu, atau melawan pemerintah. Salah satunya adalah fotografer AP. Mereka semua memberitakan kerusuhan yang terjadi di Myanmar. Terutama kekerasan yang dilakukan junta militer. (sha/c6/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X