Kopi di kafe Mapolsek Pekalongan Selatan ini datang dari berbagai kota dan semuanya gratis. Sebuah upaya agar warga tak sungkan atau takut ke kantor polisi.
LUTFI HANAFI, Pekalongan, Jawa Pos
EMPAT kursi tinggi berjajar di depan minibar. Tampak ada dua anggota kepolisian yang sedang bersantai. Lampu-lampu hias sudah dinyalakan. Senyap-senyap suara televisi beradu dengan mesin giling kopi. Sejenak segelas Excelso tersaji di meja. Tanpa gula. Aromanya sungguh menggoda.
”Diseruput, Mas,” sapa barista coffee shop kepada wartawan koran ini. Di balik seragam barista yang meracik kopi kemarin sore (2/3) itu, ada pangkat. Windo Nur Suhud, sang barista, adalah seorang polisi aktif yang berpangkat bripka. Di coffee shop itulah, dia bertugas.
Kedai kopi tersebut berada di bekas lahan parkir di Mapolsek Pekalongan Selatan, Polres Pekalongan Kota, Jawa Tengah (Jateng). Barangkali inilah satu-satunya coffee shop di lingkungan polisi di tanah air.
Windo menjelaskan kepada Jawa Pos Radar Semarang, berdiri sejak akhir 2020, kedai kopi itu bermula ketika Kapolda Jateng saat itu, Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, memerintahkan membuat layanan masyarakat. Dibuatlah Rumah Baca Semar (semangat membaca anak dan remaja). Sejak dibuka, ruangan tersebut sering kedatangan tamu. Untuk melayani tamu, dibangunlah dapur sederhana. Awalnya cuma ada meja bartender. Timbul ide untuk menyediakan tempat duduk. Kemudian, ditambah banyak fasilitas. Hingga akhirnya lengkap dengan adanya karaoke dan wifi gratis.
Bukan hanya itu, lampu warna-warni juga dipasang di sekitar coffee shop. Sekilas, jika dilihat dari jalan raya, kedai kopi itu tak ubahnya kafe pada umumnya. Karena itulah, tak sedikit orang yang ”kecele.” Dalam artian, mereka tak mengira bahwa kafe itu sejatinya adalah kantor polisi. Mulai anak-anak muda, sepasang kekasih, hingga mereka yang pulang kerja malam. ”Kalau malam, tulisan polsek memang tidak terlihat,” ujar Kapolsek Pekalongan Selatan Kompol Basuki Budi Santosa, sosok di balik ide pembuatan kedai kopi tersebut.
Namun, sebenarnya kecele pun tak apa-apa. Sebab, kedai kopi itu memang terbuka untuk umum.
Basuki menuturkan, kedai kopi itu dimaksudkan untuk mengubah image kantor polisi yang umumnya seram menjadi lebih ramah. ”Agar lebih disukai warga, terutama kalangan anak muda,” katanya.
Semua menu di tempat tersebut juga gratis. Padahal, kopi yang disajikan tak sembarangan. Mereka mendapat pasokan kopi dari salah satu kedai kopi lokal kenamaan, Beyond Coffee Shop. Belum lagi kiriman kopi dari luar kota. ”Saya sering dapat kiriman kopi dari penggemar,” ungkap Windo yang juga YouTuber.
Pemilik PoLenTir Channel itu memiliki 24,6 ribu subscriber dan 74,2 ribu follower di TikTok. Para penggemar dari berbagai kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, hingga Aceh inilah yang rutin mengirim kopi.
Windo bersama Bripka Luthfi Andri Jatmiko berperan sebagai barista. ”Warga sering kaget, saat mau bayar, ditolak. Ternyata gratis,” ucap Basuki, lalu tergelak.