Kepemimpinan Wali Kota Samarinda Andi Harun dan Wakil Wali Kota Rusmadi Wongso menargetkan pengurangan banjir di dua kawasan, Jalan DI Panjaitan dan simpang empat Sempaja.
SAMARINDA–Pemkotmelalui Dinas PUPR Samarinda tidak ada pekerjaan fisik di dua lokasi itu. Hanya peningkatan drainase di Jalan Wahid Hasyim II, untuk memperlancar drainase, dan administrasi pengadaan lahan di sungai mati, sebagai hilir drainase dari Jalan DI Panjaitan. Lantas, apa peran Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV di titik tersebut.
Kasi Operasional BWS Kalimantan IV Arman Efendi mengatakan, tahun ini pihaknya juga tidak ada pekerjaan fisik di dua kawasan itu. Namun, pada tahun lalu, pihaknya telah menyelesaikan pembangunan embung Sempaja yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 16 miliar, di lahan seluas 1,16 hektare. "Tahun ini ada rencana normalisasi di sisi hilir sungai Sempaja. Tetapi sudah ada embung Sempaja yang sudah beroperasi untuk mereduksi limpasan air," ucapnya.
Lebih detail soal latar belakang embung Sempaja, PPK Danau, Situ dan Embung BWS Kalimantan IV Ichwan Hariadi menjelaskan, proyek itu merupakan usaha mengatasi permasalahan banjir di kawasan simpang Sempaja akibat pemanfaatan lahan yang tidak terkendali di kawasan hulu DAS Sempaja. Awalnya pemerintah akan membuat bendali Sempaja di kawasan Batu Cermin, namun gagal. Sehingga, pembangunan embung menjadi salah satu upaya konkret mengurangi banjir.
"Meskipun secara perhitungan embung Sempaja hanya mampu mereduksi 3,76 persen banjir di kawasan itu, sehingga perlu adanya normalisasi sungai, saluran, dan rencana kolam retensi lainnya," ujar dia, Selasa (2/3).
Sementara itu, terkait operasional, embung Sempaja memiliki daya tampung sekitar 18.974 meter persegi, dengan dibantu dua pompa berkapasitas 250 liter per detik. Di mana saat kondisi banjir, embung akan menampung sementara air, untuk membantu mereduksi air yang sudah mengalir di DAS Sempaja, juga badan jalan simpang Sempaja. Nantinya, di ketinggian tertentu, air akan mengalir, atau pada saat kondisi normal air akan dipompa keluar sampai batas daya tampung minimal, sehingga bisa berfungsi sebagai area parkir sementara. "Memang dampak keberadaannya tidak betul-betul menghilangkan genangan, tetapi sejak beroperasi beberapa bulan lalu, lama waktu genangan di badan jalan bisa dikurangi," ucapnya.
Ditambah Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Bendungan Sandy Aryanto, selama ini kendala yang terjadi pada beberapa embung adalah di tahap pemeliharaan. Pengelolaan embung Sempaja menjadi percontohan bagi semua pihak, karena pengelolaan sepenuhnya dilaksanakan balai. "Kami berharap, komitmen pemkot untuk bersama-sama mengurangi dampak banjir, termasuk pihak lain yang berkaitan dengan utility, misalnya pipa PDAM hingga jaringan internet yang kerap mengganggu kegiatan fisik di lapangan," ujarnya.
Tak hanya pemerintah, dukungan warga sangat penting, seperti program gotong royong bersama. Karena jika pemerintah sudah berbuat tetapi warga cuek, penyelesaian banjir tidak bisa diselesaikan. "Juga sistem yang terbangun namun belum tuntas, agar segera diselesaikan misalnya drainase sisi kanan Jalan PM Noor (arah simpang DI Panjaitan) bisa disambungkan. Hal tersebut dapat mendukung sistem di embung juga DAS Sempaja," tutupnya. (dns/dra/k8)