Bisnis Batik di Balikpapan Tidak Berharap Bantuan, tapi Daya Beli Pulih

- Senin, 1 Maret 2021 | 10:49 WIB
Batik di Kota Minyak mulai dikembangkan sejak tahun 1983. Mereka hanya ingin daya beli warga pulih.
Batik di Kota Minyak mulai dikembangkan sejak tahun 1983. Mereka hanya ingin daya beli warga pulih.

BATIK di Kota Minyak mulai dikembangkan sejak tahun 1983. Melalui bimbingan dan pembinaan, dilakukan pelatihan kepada berbagai kalangan. Mulai kaum ibu hingga penyandang disabilitas guna pemberdayaan masyarakat. Hingga 1994, dari kelompok batik yang dibantu pemerintah berdirilah Shaho Factory yang berada di Jalan LKMD, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara ini.

Shaho diambil dari singkatan nama depan seluruh anggota keluarga, yakni Supratono dan Haryati selaku orangtua dan ketiga anak mereka, yaitu Ardi, Hendri, dan Oki. Semula keluarga ini merintis usaha sablon seragam sekolah pada 1990. Keterampilan menyablon itu didapat dari suatu pelatihan menyablon motif batik yang diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Balikpapan.

Shaho Factory mulai dikembangkan sebagai produsen batik lokal di Kota Minyak. Jenis batik unggulannya ialah printing/cap. Dua tahun berselang, 1996, kebakaran membuat bangunan semipermanen luluh lantak dilahap jago merah.

Sekalipun pernah terbakar, Shaho mampu kembali bangkit. Bahkan di tengah badai krisis moneter yang terjadi di tahun 1998, Shaho mampu bertahan hingga sekarang. “Krisis moneter 1998 itu adalah pelajaran penting, sehingga selama pandemi ini kami dapat ambil hikmahnya dan lebih siap secara mental,” kata Supratono ketika ditemui awak media beberapa hari lalu.

Pria yang karib disapa Pak Tono ini mengatakan, keseimbangan perlu dijaga. Tidak hanya berusaha, di tengah pandemi, penting baginya terus menjaga komunikasi dengan Sang Maha Pencipta. Dirinya percaya Tuhan telah memberikan rezeki masing-masing. Terpenting ialah tidak terus-terusan mengeluh.

Ketika ditanya mengenai untung-rugi maupun kondisi perajin batik sekarang, dirinya dengan bijak mengatakan, permasalahan tidak akan selesai dengan mengeluarkan keluhan saja. Tidak dimungkiri, bahwasanya penurunan orderan selama pandemi memang terjadi. Shaho yang kerap jadi langganan sekolah juga kehilangan beberapa mitranya. Berlapang dada, ia memahami keadaan.

Dirinya juga enggan berebut orderan dengan pihak lain, bila memang si pelanggan tidak lagi membeli darinya. Selain melayani permintaan batik sekolah, beberapa instansi seperti DPRD dan Kementerian Keuangan masih menjadi pelanggannya.

“Sekarang bergantung orderan. Memang tidak ada cash flow, untung rugi saya tidak terlalu memerhatikan. Terpenting dapur juga masih ngepul, saya nggak ngoyo. Saya hanya berdoa pandemi segera berlalu,” tutur pria yang mendapat penghargaan sebagai warga pelopor bidang kerajinan pada 2018 dari Pemerintah Balikpapan ini.

Tidak hanya melayani pengerjaan batik, Shaho Factory juga menjadi tempat edukasi bagi masyarakat. Dulu sebelum pandemi, dalam seminggu ada tiga sekolah berkunjung, paling sepi hanya satu kunjungan. Mengingat sekarang dikeluarkannya kebijakan pembatasan, Tono juga tidak berani ambil risiko. Kunjungan sekolah harus ditiadakan sementara waktu, demi kenyamanan dan kesehatan bersama.

Tetap mempertahankan kualitas, harga batik yang dijualnya masih tetap sama dengan tahun lalu. Per meter dijual dengan harga Rp 40 ribu hingga Rp 85 ribu bergantung dengan bahan yang digunakan. Tono mengatakan, sementara tidak akan menaikkan harga jual dikarenakan tidak ingin membebani kondisi keuangan sekarang.

Tono juga menambahkan, kebijakan relaksasi yang sempat dikeluarkan pemerintah memang tidak terlalu berpengaruh. Bahkan ia juga kurang setuju dengan pemberian bantuan ke UMKM. “Saya paham kondisi sekarang tidak menguntungkan. Tetapi, bila UMKM bila terus dibantu tidak akan bisa mandiri. Yang dibutuhkan sekarang sebenarnya bukan bantuan, melainkan peningkatan orderan yang harus ditambah. Sehingga UMKM masih bisa berlanjut dan terus berproduksi. Dengan adanya orderan itu bisa membantu memberikan kesempatan bagi masyarakat dan lapangan pekerjaan,” ucapnya. (lil/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X