Jepang Tambah Investasi di Indonesia

- Senin, 1 Maret 2021 | 09:52 WIB

Indonesia dan Jepang terus meningkatkan kerja sama ekonomi yang komprehensif. Khususnya pada sektor industri. Sinergi kedua negara bakal membawa dampak positif di tengah rangkaian upaya pemulihan ekonomi tahun ini.

’’Jepang merupakan salah satu negara mitra yang strategis. Perdagangan bilateral Indonesia dan Jepang untuk sektor nonmigas pada periode 2014–2019 cenderung naik. Pertumbuhannya 5,06 persen,’’ terang Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (28/2).

Belum lama ini, Agus bertemu dengan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji. ’’Kami mendorong para pelaku industri Jepang aktif berinvestasi di Indonesia. Apalagi, kami bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan kemudahan izin dan berbagai insentif yang menarik,’’ tambahnya.

Pada 2019, nilai investasi Jepang di Indonesia tercatat USD 4,31 miliar atau sekitar Rp 61,53 triliun. Sementara itu, pada periode Januari–November 2020, nilai investasinya mencapai USD 2,58 miliar (sekitar Rp 36,83 triliun). ’’Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan. Bukan hanya Indonesia, seluruh dunia mengalaminya,’’ ungkap Agus.

Toyota Group, menurut dia, telah menyatakan minat untuk berinvestasi di Indonesia sebesar USD 2 miliar (sekitar Rp 28,55 triliun). Perusahaan otomotif asal Negeri Sakura itu berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi emisi karbon. Caranya, memproduksi mobil hibrida dan listrik.

Terkait dengan fenomena relokasi pabrik dari Tiongkok, Jepang pun demikian. Dari total tujuh perusahaan multinasionalnya di Tiongkok, Jepang bakal merelokasi tiga di antaranya ke Indonesia. Yakni, Panasonic Manufacturing, Denso, dan Sagami.

Sementara itu, ekspor sektor nonmigas Indonesia ke Jepang sepanjang 2014–2019 mengalami pertumbuhan positif 3,23 persen. Pada 2019, nilai pengapalan Indonesia ke Jepang untuk sektor nonmigas mencapai USD 13,8 miliar (sekitar Rp 197 triliun).

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa memang banyak investor asing yang tertarik menanamkan modal di Indonesia. Namun, mereka masih berhitung. Salah satunya terkait dengan perpajakan.

Indonesia sudah punya tax holiday. Tapi, tidak banyak yang memanfaatkannya. Alasan yang paling sering muncul adalah insentif pajak tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan investor. ’’Karena investor yang berkomitmen untuk berinvestasi datang dari berbagai jenis industri. Jadi, tidak bisa dipukul rata,’’ ujarnya.

Karena itu, menurut Yusuf, pemerintah perlu mempertimbangkan pemberian insentif berdasar kebutuhan industri yang akan dibidik investor. ’’Tentu ini membutuhkan usaha lebih besar untuk menghitung kebutuhan insentif tiap sektor dan berapa lama imbal hasil masing-masing sektor,’’ ungkapnya. (agf/c19/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB
X