Agrobisnis Tolong Kinerja Astra

- Sabtu, 27 Februari 2021 | 11:03 WIB
Penjualan mobil yang anjlok sepanjang 2020 berdampak buruk terhadap kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII). Di sisi lain, masih ada lini bisnis yang tumbuh positif yakni agribisnis.
Penjualan mobil yang anjlok sepanjang 2020 berdampak buruk terhadap kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII). Di sisi lain, masih ada lini bisnis yang tumbuh positif yakni agribisnis.

BALIKPAPAN–Penjualan mobil yang anjlok sepanjang 2020 berdampak buruk terhadap kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII). Di sisi lain, masih ada lini bisnis yang tumbuh positif. Dari laporan keuangan Astra, bisnis otomotif yang lesu membuat perolehan laba bersih Astra menurun hingga 25,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Menjadi Rp 16,16 triliun.

Sebenarnya, laba bersih Astra tahun lalu anjlok 52,63 persen menjadi Rp 10,28 triliun. Perolehan laba bersih Astra tertolong penjualan saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dengan keuntungan Rp 5,88 triliun. Astra mencatatkan penurunan pendapatan hingga 26,19 persen menjadi Rp 175,04 triliun.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan, penurunan pendapatan dan laba bersih Astra akibat dampak dari pandemi Covid-19 dan upaya penanggulangannya. Menyebarnya virus corona yang mulai ditetapkan sebagai pandemi dunia sejak Maret 2020 menyebabkan penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, dan jasa keuangan Astra.

Walhasil, sumbangan laba dari masing-masing divisi bisnis ini pun anjlok. "Kami memperkirakan kondisi ini akan berlangsung selama beberapa waktu dan masih terlalu dini untuk memprediksi dampak pandemi terhadap kinerja Astra pada 2021," kata Djony, Jumat (26/2).

Berdasarkan kegiatan bisnisnya, mayoritas laba bersih yang didistribusikan ke Astra mengalami penurunan. Baik lini bisnis otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi, energi, infrastruktur, logistik, dan teknologi informasi mengalami penurunan. Hanya agrobisnis dan properti yang mengalami kenaikan secara tahunan.

Sektor bisnis yang besar di Kaltim sektor pertambangan mengalami penurunan. Sektor bisnis ini juga mengalami penurunan laba hingga 48,89 persen menjadi Rp 3,43 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang lebih rendah akibat melemahnya harga batu bara hampir sepanjang tahun.

PT United Tractors Tbk (UNTR) yang 59,5 persen sahamnya dimiliki Astra, melaporkan penurunan laba bersih 47 persen menjadi Rp 6 triliun. Anak perusahaan UNTR di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 9 persen menjadi 9,3 juta ton, termasuk penjualan 1,9 juta ton coking coal. "Kinerja bisnis ini terpengaruh oleh harga batu bara yang lebih rendah," kata Djony.

Anak usaha UNTR lainnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST), melaporkan rugi bersih sebesar Rp 1,3 triliun. Rugi ini terutama karena perlambatan penyelesaian beberapa proyek yang sedang berjalan dan berkurangnya pekerjaan konstruksi proyek selama masa pandemi Covid-19.

Agrobisnis salah satu penyelamat kinerja Astra karena sepanjang 2020 mampu menyumbang laba Rp 664 miliar atau meroket hingga 295,24 persen. Kenaikan ini terutama dipengaruhi harga minyak kelapa sawit. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang 79,7 persen sahamnya dimiliki Astra, melaporkan peningkatan laba bersih dari Rp 211 miliar menjadi Rp 833 miliar.

Terutama disebabkan oleh harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi, sebesar 28 persen menjadi Rp 8.545 per kg. Volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya menurun sebesar 14 persen menjadi 2 juta ton. (aji/ndu/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS Turun di Setiap Kelompok Umur

Senin, 6 Mei 2024 | 14:22 WIB

Harga Kakao Berau Semakin “Manis”

Senin, 6 Mei 2024 | 12:48 WIB

BRI Buka Kantor Layanan Baru di Kampus Unmul

Jumat, 3 Mei 2024 | 14:36 WIB
X