Oleh: Bambang Iswanto
Dosen IAIN Samarinda
Seorang artis yang dulu terkenal dengan peran bawang merah di sinetron Bawang Merah Bawang Putih yang terkenal pada 2004, meskipun sekarang jarang tampil di layar sinetron, tingkah dan ucapannya masih sering disorot. Terutama ucapan dan tingkah kontroversinya.
Si artis berucap menyapa Tuhan dengan sapaan “Lu”. Seperti seorang memanggil teman sebayanya atau di bawahnya. Akibat ucapannya yang tidak peka dan tidak etis, si artis dihujat banyak orang.
Di sisi lain, selain hujatan, ternyata banyak pula yang membela si artis secara membabi buta. Namun, masih ada beberapa orang yang “membela” artis secara bijak dengan menengahi agar tidak menjadi polemik berkepanjangan. Dan berharap si artis tidak merasa dimusuhi banyak orang dan dapat kembali sadar atas khilafnya.
Sebenarnya ada riwayat “salah ucap” yang dilakukan sebelumnya dan menjadi viral yaitu ucapannya. “Tidak pernah naik pesawat kelas ekonomi karena sudah kaya sejak lahir.” Bisa jadi ucapan ini keluar sebagai bentuk candaan. Namun, niat ini tidak sepenuhnya bisa dimaklumi orang lain.
Terbukti, tidak sedikit yang meresponsnya dengan mengatakan bahwa si artis sombong dan tidak peka. Sebab, banyak orang yang merasa bahwa jangankan naik pesawat kelas bisnis, naik pesawat kelas ekonomi saja menjadi cita-cita yang terbawa mimpi. Pernyataannya dianggap melukai perasaan banyak orang yang berasal dari ekonomi bawah.
Sebenarnya tidak penting membahas perilaku dan ucapan artis. Namun, sering ucapan artis memiliki jangkauan dan pengikut yang jauh lebih banyak dari orang-orang bijak yang mengajarkan kebajikan. Nasihat-nasihat baik dari ulama dan kiai lebih sering tertutup oleh perilaku dan ucapan yang tidak jelas, kadang ngawur dari para artis atau pesohor.
Celakanya, para ucapan para pesohor ini menjadi contoh model bagi pengikutnya yang sudah mengidolakannya. Tingkah dan ucapan sang idola diterima secara mentah-mentah, bahkan menjadi kebanggaan jika bisa meniru kelakuan mereka. Baik itu cara berpakaian, cara berjalan, cara menghabiskan waktu, dan seterusnya.
Pengidolaan seperti ini acap kali mengaburkan orang-orang lain yang jauh lebih pantas dijadikan panutan. Mereka lupa jika punya orangtua, guru, ulama, bahkan nabi yang jauh lebih layak dijadikan suri teladan.
Pada situasi seperti ini, ucapan sang idola menjadi fatwa. Kesalahan yang dilakukan sang idola akan dibela secara membabi buta. Maka kadang penting untuk meluruskan kembali ucapan si artis agar tidak ditiru.
ETIKA KEPADA TUHAN
Meskipun tingkah laku dan ucapan seseorang bergantung kepada niat, hanya Tuhan yang tahu niat seseorang. Apakah ucapannya tidak bermaksud menghina Tuhan seperti lafal “Lu” atau “Elo” untuk menyapa Tuhan. Manusia sebagai hamba harus tetap memantaskan diri di hadapan Tuhan dan memosisikan Allah sebagai penguasanya dalam tingkah dan ucapannya.