Warga Samarinda sudah kadung jengah dengan janji-janji manis pemimpin saat kampanye. Masalah klasik yang tak kunjung selesai, ditambah masalah baru, membuat masyarakat bak “digantung”.
BANJIR, penataan kota, pedagang kaki lima (PKL) yang semrawut, juru parkir liar, dan segudang masalah lainnya ada di ibu kota Kaltim.
Tak dimungkiri, mengurangi banjir Samarinda tak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan sim salabim abracadabra, lantas tak ada banjir. Lewat garapan “Ngobrol Santai” yang disiarkan di tiga kanal media sosial Kaltim Post, yakni YouTube, Instagram, dan Facebook, Rusmadi sedikit banyak bercerita soal target awal di 100 hari kerja setelah dilantik 26 Februari mendatang.
Masalah yang tak kunjung usai, dan selalu disorot masyarakat adalah penyelesaian masalah banjir. Andi Harun-Rusmadi Wongso rupanya sudah menentukan titik awal untuk pengerjaan. “DI Panjaitan dan simpang Sempaja (Jalan PM Noor-Wahid Hasyim I dan II-Jalan AW Sjahranie), karena itu memang yang sering disoal, selain itu dua titik tersebut merupakan jalur dari urat nadi perekonomian Samarinda lho,” ujar Rusmadi. Memasukkan banjir sebagai program 100 hari kerja, lanjut pria kelahiran Samarinda 10 Juni 1962 itu, ingin melihat instrumen pemerintah berjalan baik atau tidak.
Lelaki yang juga dikenal dekat dengan Sungai Karang Mumus itu menyoroti aktivitas pematangan lahan yang berimbas ke banjir Samarinda. “Harusnya menjadi pengawasan ketat bersama,” ungkapnya. Selain itu, kegiatan PKL yang menjamur tanpa memandang aturan jadi target Rusmadi bersama AH untuk menertibkan. “Artinya kami ingin memastikan, setiap jalan itu nyaman bagi penggunanya. Kalau sampai memakan badan jalan, artinya itu tidak membuat nyaman pengguna jalan,” ungkapnya. “Tentu harus bisa menyelesaikan masalah itu,” tegasnya.
Menyinggung soal pendidikan, beberapa titik masih kesulitan jaringan. Kondisi saat ini yang kebanyakan harus belajar sistem dalam jaringan (daring), membutuhkan sinyal. Nyatanya, kawasan seperti di daerah Muang Dalam, Makroman, Berambai, dan beberapa titik lain yang masih tak tersentuh jaringan, tak bisa merasakan belajar secara maksimal. “Kami sudah identifikasi di beberapa titik, khusus kawasan tersebut, ada 14 sekolah mulai TK sampai SMP yang bisa memberlakukan belajar secara tatap muka,” ungkapnya. “Memang persoalannya sensitif, tapi untuk 30 hari awal, dimulai dari empat sekolah di level SD dan SMP,” terangnya.
Selain itu, masalah jalan yang tak mulus dan berlubang, membuat pemkot di bawah kepemimpinan Andi Harun dan Rusmadi punya banyak pekerjaan rumah. “Memang ada status jalan, mulai nasional, provinsi dan kota. Tapi dengan penyelesaian secara bertahap, insyaallah semua bisa terlaksana. Harapannya pasti kan mulus,” jelasnya.
Rusmadi menegaskan, dirinya bersama Andi Harun selalu siap untuk menerima masukan dan solusi yang diberikan masyarakat nantinya. Juga terbuka dengan kritikan demi kritikan yang disampaikan. “Kami akan terbuka, karena tujuan akhirnya kan demi membangun Samarinda,” tutupnya. (dra2/k8)