SAMARINDA–Masih melekat dalam ingatan insiden meledaknya tongkang Gemilang Perkasa Energi di area PT Barokah Galangan Perkasa (BGP), Kecamatan Sambutan. Beberapa penyelidikan dilakukan setelah insiden yang merenggut tiga nyawa pekerja, yakni Suwardi (37), Gunawi (55), dan Tumiran (75).
Bukan hanya segi prosedur kerja dan terkait nyawa pekerja yang melayang yang mesti didalami, segi lingkungan juga dirasa perlu untuk digali.
Selasa (23/2), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda bersama Balai Gakkum LHK Kalimantan, DLH Provinsi, KSOP, serta Kementerian LH, menggelar rapat virtual. Rencananya, tim terpadu menyambangi area meledaknya kapal berjenis oil barge pada Selasa (2/3) pekan depan. Pemeriksaan terkait pengelolaan lingkungan nantinya dilakukan.
"Jadi mungkin nanti identifikasi permasalahan kenapa bisa kejadian seperti itu. Bagaimana pengelolaan (lingkungan) di sana juga. Nanti digali informasinya di sana (area PT BGP)," jelas Kepala DLH Samarinda Nurrahmani.
Terkait tumpahan minyak atau oil spill, mengingat kapal tersebut merupakan kapal untuk memuat bahan bakar minyak (BBM), juga dilakukan. Sebab, bisa jadi tumpahan minyak terjadi dan mengakibatkan pencemaran lingkungan.
"Secara keseluruhan nanti akan dicek. Masing-masing instansi akan lakukan. Kalau soal minyak itu kan karena meledak, apalagi di atas sungai, biar kapal biasa juga pasti ada (oil spill) juga," ucapnya.
Tak hanya berfokus pada insiden meledak, perempuan yang akrab disapa Yama itu akan meminta PT BGP menghadirkan dokumen lingkungan. Hal itu untuk memastikan apakah perusahaan tersebut telah mengikuti rekomendasi lingkungan yang telah diterbitkan.
"Nanti hasil lapangan akan dibuatkan berita acara. Kalau ada pelanggaran tinggal mengikuti aturan," jelasnya. (*/dad/dra/k8)