Kenali Stres dan Pemicunya

- Rabu, 24 Februari 2021 | 12:28 WIB

Membangun pola hidup yang sehat, juga diperlukan mental yang sehat. Sebabm ketika mengalami stress tinggi, kelelahan emosional dan kurang bahagia akan berimplikasi terhadap pola hidup tak sehat. Seseorang akan menjadi mudah menyalahkan orang lain atau tidak percaya diri.

Ramses Tobing, Pontianak

Setiap orang mengalami stress yang berbeda-beda. Bisa karena hubungan keluarga atau pekerjaan. Stress berat yang dialami berpengaruh pada kesehatan mental. Namun ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk membantu menjaga kesehatan mental. 

Pertama kenali stress yang dialami. Kedua mencari pemicu terhadap stress yang dialami itu. Ketiga temukan cara yang tepat dalam mengelola stress.

“Penting untuk diketahui pemicu ketika menghadapi stress, apakah pemicu dari sendiri, keluarga, lingkungan atau sebagainya, sehingga bisa mengetahui apa yang bisa dikontrol dan tidak dikontrol,” kata Flavia Sungkit, Pendiri IKIGAI Consulting dalam Webinar Membangun Motivasi dan Menjaga Konsistensi Hidup Sehat Jurnalis, Kerjasama Nutrifood dan Aliansi Jurnalis Independen Senin (15/2) siang.

Flavia mengatakan dalam membangun pola hidup yang sehat diperlukan mental yang sehat. Seseorang yang mengalami stress tinggi bisa menjadi tidak produktif karena kesehatan mentalnya terganggu.

Implikasinya tidak bisa mengerjakan pekerjaan sesuai deadline. Bahkan untuk pekerjaan sehari-hari tidak terselesaikan dengan baik. “Artinya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan,” kata Flavia.

Flavia menambahkan setiap orang pasti ingin bahagia, hanya dengan standar yang berbeda. Namun sulit dicapai ketika mental dalam kondisi yang tidak sehat.

“Untuk mencapai kebahagian dibutuhkan mental yang sehat, dan tidak hanya fisik yang sehat. Jadi seberapa mudah untuk mencapai itu, mental dan fisik harus sehat,” kata dia.

Flavia memaparkan bahwa 32 persen orang meninggal dengan stress tinggi itu karena kanker. Depresi juga mengarah pada penyakit data. Itu merupakan data studi oleh Mental Health Foundation di Inggris tahun 2016.
Sementara studi Journal Social Science and Medicein tahun 2017, menyebutkan bahwa kesehatan fisik dan mental saling berkolerasi positif. Kurangnya kedua hal itu secara bersamaan berimplikasi pada berkurangnya produktivitas dan penghasilan.

Flavia menambahkan Jepang sebagai negara paling sehat dengan harapan hidup paling panjang. Tahun 2020, angka hidup penduduk jepang pada 84,67 tahun. Angka itu lebih tinggi dari Indonesia, yang angka hidup penduduknya 71,77 tahun.

Sementara Amerika Serikat angka kehidupan penduduknya 78,93 tahun. “Jadi Indonesia masih di bawah Amerika Serikat. Perbedaan dengan Jepang saja hamper 13 tahun,” kata dia.

Mengacu pada konsep pada buku IKIGAI yang menjelaskan tentang penduduk Jepang yang memiliki harapan hidup lebih panjang. Selain karena bergerak lebih banyak dan konsumsi makanan sehat.

Harapan hidup lebih panjang itu juga dipengaruhi dari pola hidup dari penduduk Jepang. Pola hidup itu dijelaskan Buku IKIGAI. Antara lain Penduduk Jepang menemukan makna dari keberadaan dirinya dan apa yang harus dilakukan. Dan itu yang kemudian disebut sebagai tujuan hidup, bagi penduduk Jepang. Selain itu, Penduduk Jepang bisa mengintegrasikan kehidupan pekerjaan mereka dalam kehidupan personal.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X