Rumah Sutarno dua lantai, tapi pria sepuh itu tinggal sendirian dan tengah tidak enak badan. Saat membawa jenazahnya ke masjid, tim evakuasi harus melawan arus dan memakai tali tambang.
GITA NAWANGSARI, Jakarta, Jawa Pos
RUMAH terkunci dari dalam. Penghuni di dalam sendirian, seorang pria sepuh yang terakhir diketahui sedang tidak enak badan. Bahkan, keluarga mengkhawatirkan kondisinya lebih buruk dari itu.
Sementara itu, ketinggian air sudah lebih dari 1 meter. Tak ada pilihan lain: rumah di kawasan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta, tersebut kudu didobrak.
’’Kami pakai linggis,’’ kenang Ketua RT 13, RW 06, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Hidayat kepada Jawa Pos. Pintu terbuka. Dan, yang menjadi kekhawatiran keluarga itu terbukti.
Pada Sabtu lalu (20/2) sekitar pukul 07.00, jenazah Sutarno ditemukan mengambang di atas kasur. Di lantai 1 rumah dua lantai itu. Sendirian.
Sutarno menjadi korban meninggal pertama banjir bandang Jakarta. Sampai berita ini selesai ditulis pukul 20.00 tadi malam, ada tambahan empat korban meninggal lagi di berbagai penjuru ibu kota.
Diperkirakan, karena usia dan kondisi kesehatan, Sutarno terlambat mengetahui dan menyelamatkan diri ketika air bah mulai masuk ke wilayah rumahnya. ’’Keponakannya yang terakhir menemani sebelum Pak Sutarno tidur. Beliau menyuruh keponakannya pulang karena memang sudah biasa di rumah sendirian,’’ tutur Hidayat.
Keponakannya tersebut tinggal di Gunung Sari, Bogor, Jawa Barat. Sutarno seorang duda. Istrinya telah lama berpulang.
Beberapa jam sebelumnya, sekitar pukul 02.00, air mulai masuk ke rumah-rumah di kawasan itu. Hidayat langsung cemas memikirkan evakuasi warganya. Terutama para lansia (lanjut usia), ibu hamil, dan anak-anak.
Tapi, hujan masih deras dan malam gelap betul. RT yang dipimpinnya juga tak punya perahu karet. Sementara itu, air terus masuk ke rumah-rumah dengan ketinggian bervariasi.
Hidayat akhirnya berusaha mengumpulkan sejumlah anggota karang taruna. Melengkapi berbagai kebutuhan, termasuk menyiapkan tempat pengungsian.